Pendukung dan Awak Media Kecewa Nobar Debat Publik Pilkada Kabupaten Bandung Cuma Pake TV Kecil

- 31 Oktober 2020, 15:55 WIB
Pendukung dan awak media menyaksikan debat publik di layar TV kecil di Kopo Square, Sabtu 31 Oktober 2020
Pendukung dan awak media menyaksikan debat publik di layar TV kecil di Kopo Square, Sabtu 31 Oktober 2020 /Handri/Jurnal Soreang
 
JURNAL SOREANG - Pendukung dan awak media kecewa dengan fasilitas nonton bareng Debat Publik Paslon Pilkada Kabupaten Bandung di Ruko Kopo Square, Sabtu 31 Oktober 2020. Soalnya layar yang disediakan hanya sebuah TV LED berukuran sekitar 40 inch.
 
Selain itu, tak ada speaker tambahan sehingga suara dari siaran langsung debat tersebut tak begitu terdengar. "Saya kecewa dengan fasilitas seperti ini, padahal anggaran KPU besar," ujar Pupun Purnama, salah seorang pendukung Paslon Nomor 1, Kurnia Agustina-Usman Sayogi.
 
Menurut Pupun, KPU seharusnya menyesuaikan fasilitas dengan ukuran ruangan yang besar. Dengan begitu audio maupun video siaran langsung bisa disaksikan dengan nyaman oleh para pendukung yang tidak bisa masuk ke dalam ruang acara.
 
 
Hal senada diungkapkan Putra (26) salah seorang pendukung paslon nomor urut 2, Yena Masoem-Atep. Ia menilai hal itu sebagai bentuk kurang maksimalnya KPU dalam mempersiapkan debat publik.
 
"Nampak tidak profesional yah. Masa fasilitas buat para pendukung yang tidak bisa masuk ke dalam seperti ini. hanya televisi yang suaranya juga kurang kedengeran," kata Putra.
 
Seharusnya, kata Putra,  KPU Kabupaten Bandung lebih peka terhadap fasilitas apa yang seharusnya dibutuhkan saat pelaksanaan debat publik tersebut. Sehingga, para pendukung yang ikut hadir di lokasi dan tidak bisa masuk ke dalam tetap terfasilitasi dengan baik.
 
 
"Minimal mah big screen dengan sound yang lebih besar. Jadi suara dan visualnya bisa dinikmati bersama-sama. Terus enggak perlu deket-deket sama tv," tutur Putra.
 
Begitu juga dengan yang diungkapkan oleh Yogi (49), pendukung paslon nomor urut 3 Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan. Ia bahkan memilih untuk sekedar berbincang-bincang di lokasi tersebut.
 
"Mau nonton juga tidak terlihat, tidak terdengar. Mendingan di belakang saja ngobrol," kata Yogi.
 
 
Yogi menambahkan, dengan fasilitas yang sangat disediakan oleh KPU tak berbeda dengan televisi di rumahnya sendiri. "Kalau bukan pendukung, saya mending nonton di rumah," ucapnya.
 
Senada dengan Yogi, seorang jurnalis lokal Yuli (36) pun mengaku kecewa. Apalagi ia sudah jauh-jauh berkendara dengan sepeda motor di tengah cuaca mendung. 
 
"Tahu begini lebih baik di rumah nontonnya. Bisa sambil tiduran, sambil ngopi," tutur Yuli.
 
 
Yuli menghargai upaya KPU yang sudah menyediakan fasilitas ruangan besar bagi awal media dan pendukung yang tak bisa masuk ke ruang acara. Namun seharusnya fasilitas itu tidak tanggung.
 
Dengan ruangan besar, seharusnya layar dan sistem tata suara disediakan seimbang. Apalagi ia sebagai jurnalis paham betul berapa anggaran hibah yang diterima KPU termasuk untuk sosialisasi.***

Editor: Handri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x