Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Gandeng Brandenburg University Jerman, Ini Hambatan Kerja Sama

- 17 Juni 2021, 17:05 WIB
Ilustrasi kerja sama antar perguruan tinggi
Ilustrasi kerja sama antar perguruan tinggi /geralt/Pixabay

JURNAL SOREANG- Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Brandenburg University of Applied Sciences (Universitas Terapan Brandenburg) dari Jerman.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Berlin, Ardi Marwan, mengungkapkan dicapainya kesepakatan antara kedua universitas terapan ini diawali dengan dukungan fasilitasi Kantor Atdikbud KBRI Berlin.

“Tepatnya Februari 2021, KBRI Berlin berkomunikasi dengan pihak Brandenburg University (BU) guna menawarkan peluang kerja sama dengan perguruan tinggi dari Indonesia,” jelas Ardi, Rabu, 16 Juni 2021.

Baca Juga: Indonesia Menjadi Tuan Rumah International Day pada 72nd Lindau Nobel Laureate Meetings 2023 di KBRI Berlin

Setelah mendapatkan respon positif dari Brandenburg, kata Ardi, ia mengontak Direktur PENS.“PENS sangat berminat, terutama karena saat ini PENS tidak memiliki kerja sama aktif dengan perguruan tinggi dari Jerman, negara yang terkenal dengan keunggulan sistem pendidikan dan teknologinya,” tutur Ardi.

Ia mengisahkan KBRI Berlin antusias dengan tercapainya kesepakatan kerja sama antara PENS dan BU. Ditambah, program-program yang disepakati sejalan dengan pencanangan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka oleh Kemendikbudristek.

“Saat ini kami sedang gencar-gencarnya berkomunikasi dengan berbagai universitas di Jerman untuk dapat menjalin kerja sama dengan berbagai universitas ataupun politeknik yang ada di Indonesia. Dalam waktu dekat, potensi kesepakatan kerja sama dengan berbagai universitas lain di Indonesia seperti UNS, UNDIP, UGM, POLINEMA dengan beberapa universitas partner dari Jerman akan segera terwujud,” tegas Ardi.

Baca Juga: Dari Sarasehan KBRI Berlin: Muslimin Indonesia Adalah Moderat, tapi Terdampak Faham Radikal dari Luar

Pertemuan perdana yang digelar Atdikbud secara daring antara Direktur PENS, Zainal Arif, dan BU dimulai dengan saling memperkenalkan program studi di masing-masing kampus.

Sebagai informasi, BU adalah universitas terapan negeri di Jerman saat ini memiliki sekitar 2.691 mahasiswa. Sebanyak 500 di antaranya adalah mahasiswa internasional dari 70 negara.

BU didukung 67 profesor, BU memiliki tiga departemen, yaitu computer science and media, engineering, serta business and management. Selain itu juga ada 13 program studi tingkat sarjana serta 10 program studi jenjang magister.

Baca Juga: Bahasa Indonesia Makin Diminati, KBRI Berlin Selenggarakan Kursus Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

Untuk diketahui, PENS adalah salah satu universitas vokasi terbaik di tanah air. “Bahkan sejak beberapa tahun terakhir, PENS selalu menempati urutan pertama sebagai politeknik terbaik,” papar Zainal seraya memaparkan program-program studi teknik yang ada di PENS mulai dari diploma, sarjana terapan, dan magister terapan.

Usai pertemuan perdana, tahap selanjutnya adalah membahas kerja sama teknis. Tepat pada Mei 2021, kedua belah pihak berhasil mencapai kesepakatan ditandai dengan penandatanganan MoU oleh Direktur PENS dan Presiden Brandenburg University, Andreas Wilms.

Dijelaskan Ardi, beberapa poin kerja sama yang disepakati oleh kedua belah pihak antara lain adalah pengembangan program perkuliahan bersama, transfer kredit, pertukaran mahasiswa program sarjana dan magister untuk studi dan penelitian, pertukaran dosen dan profesor, serta pertukaran informasi.

Baca Juga: Apa Itu Negara-negara G7 dan Mengapa Mereka Menantang China dengan Program B3W? Simak Penjelasan Lengkapnya

Adapun pertukaran informasi yang dimaksud meliputi bahan-bahan pustaka dan publikasi penelitian, konferensi, seminar dan lokakarya bersama, kerja sama penelitian kegiatan kemahasiswaan gabungan, serta pertukaran/peminjaman peralatan, fasilitas dan sumber daya.

Pada umumnya, dituturkan Ardi, universitas-universitas di Jerman sangat terbuka untuk menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di dunia.

“Saat ini, program-program dengan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar juga sudah banyak tersebar di berbagai universitas di Jerman,” imbuhnya.

Kendala utamanya diterangkan Ardi justru berasal dari Indonesia yakni banyaknya universitas/politeknik baik negeri maupun swasta yang belum memiliki informasi online atau situs yang lengkap dalam Bahasa Inggris dan masih minimnya program-program studi yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.

Baca Juga: Penanggulangan Covid-19 Harus Pula Melirik Kekuatan Doa, Ini yang Dilakukan IRMA Jabar dan Pemkab Bandung

“Perguruan tinggi kita yang masih belum memiliki website lengkap dalam Bahasa Inggris dan program-program studi dalam Bahasa Inggris, perlu segera merevitalisasi itu, agar program-program kerja sama luar negeri segera dapat diakselerasi,” pungkas Atdikbud Ardi.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x