Dari Sarasehan KBRI Berlin: Muslimin Indonesia Adalah Moderat, tapi Terdampak Faham Radikal dari Luar

- 7 Juni 2021, 04:07 WIB
Ilustrasi muslim membaca Alquran. Muslimin Indonesia terrknal moderat, tapi faham radikal sering berdampak.
Ilustrasi muslim membaca Alquran. Muslimin Indonesia terrknal moderat, tapi faham radikal sering berdampak. /Pexels.com / RODNAE Productions

JUTnAL SOREANG- Indonesia dikenal sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Sekitar 90 persen penduduk yang mendiami Indonesia adalah umat muslim, sedangkan sisanya adalah warga yang beragama  Kristen (Protestan dan Katolik), Buddha, Hindu, dan Konghucu.

Umat muslim menyebar di berbagai daerah di Indonesia dan pemeluk Kristen banyak tersebar di kawasan Timur Indonesia. Hal yang menarik adalah penganut Hindu yang hanya terkonsentrasi secara spesifik di satu provinsi, yaitu Bali.

Melihat persentase Islam yang sangat masif, umat Hindu dapat dikategorikan sebagai  minoritas karena hanya memiliki populasi sekitar 1,7 persen dari keseluruhan penduduk yang mendiami Nusantara.

Baca Juga: Sosialisasikan Tiga Regulasi Kemasjidan, Kemenag: Wujud Islam Moderatnya
 
Kemudian, bagaimana masyarakat Hindu melihat posisi mereka dalam perspektif religius, kultur, maupun secara historis dan geografis? Hal itu dikupas dalam Sarasehan #120 KBRI Berlin yang bertajuk; _Being Hindu in Muslim Country: Indonesian Lessons in Interfaith Peace and Challenges of Religious Tolerance_.  Sarasehan tersebut digelar secara daring baru-baru ini dengan menghadirkan narasumber Annette Hornbacher, seorang ahli antropologi budaya dari Universitas Tubingen.
 
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Berlin, Ardi Marwan dalam sambutannya menyatakan bahwa toleransi antaragama adalah satu hal yang sangat mengakar di Indonesia.

Namun, ia tidak menampik bahwa akhir-akhir ini Indonesia juga berhadapan dengan masalah relasi antaragama. Untuk itu, menurutnya diperlukan dialog antaragama untuk mencegah terjadinya perpecahan.
 
“Penelitian tentang agama perlu untuk dilakukan demi memberikan pemahaman mendalam bagi setiap umat beragama. Dan hal itu pada akhirnya akan memunculkan sikap saling menghargai di antara para pemeluk agama tersebut,’’ ungkap Ardi Marwan.

Baca Juga: Ingat, Ini lah 5 Prinsip Moderasi Beragama bagi Dosen dan Tenaga Kependidikan
 
Ia pun memberikan apresiasi kepada Annette Hornbacher yang telah lebih dari dua dekade memberikan perhatian terhadap penelitian yang berkaitan dengan agama dan budaya di Indonesia, khususnya di Jawa dan Bali.

Oleh karena itu, pihaknya memandang bahwa sosok Annette Hornbacher adalah orang yang tepat untuk menjadi narasumber dalam sarasehan itu yang juga merupakan salah satu program unggulan dari Rumah Budaya Indonesia (RBI) Berlin.
 
Dalam presentasinya, Annette Hornbacher menjelaskan Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk Islam yang damai. Namun, hal itu sontak berubah ketika paham Islam radikal meningkat di seluruh dunia dan pada akhirnya juga berdampak kepada Indonesia.

Baca Juga: Puluhan Guru Besar Terjun Berikan Pelatihan Moderasi Beragama
 
Menanggapi hal itu, salah seorang peserta sarasehan mengajukan pertanyaan. ’’Apakah umat Hindu di Indonesia merasa terancam dengan maraknya isu radikalisme ini?,’’ tuturnya.
 
Annette Hornbacher menerangkan,  melihat dari beberapa kejadian, seperti adanya tragedi bom Bali, memang masyarakat Hindu menjadi lebih sadar  mereka adalah minoritas di Indonesia.

Namun, pada akhirnya mereka bisa saling memahami dengan orang Islam karena semakin banyak warga muslim yang menetap di Bali dan bisa hidup berdampingan dengan rukun dan damai bersama warga lainnya.

Baca Juga: Kampus Ini Buat Modul Moderasi Beragama, Mahasiswa Jangan Terpapar Faham Radikal
 
Sependapat dengan pernyataan Annette Hornbacher, Ardi Marwan menegaskan, warga negara Indonesia sepenuhnya menyadari  bangsa ini terdiri dari berbagai jenis suku dan budaya.

Halaman:

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x