JURNAL SOREANG- KH. Dr. H. Jeje Zaenuddin Abu Himam, MA selaku Ketua Umum PP Persis dan Ketua MUI Pusat menyatakan, banyak pihak yang mengatakan puasa Arafah maupun Idul Adha harus sesuai dengan hasil keputusan pemerintah Arab Saudi.
"Padahal pelaksanaan puasa Arafah dengan tidak memperhatikan penanggalan setempat akan menimbulkan permasalahan baru yang lebih sulit," kata Ustaz Jeje dalam keterangannya.
Permasalahan ini berkaitan dengan penentuan hari lebaran Idul Adhanya. "Kalau memang ada dalil yang diperselisihkan tentang pengertian puasa Arafah, apakah untuk Idul Adhanya juga harus mengikuti penanggalan Arab Saudi?" Katanya.
Apabila mengikuti perhitungan Arab Saudi, maka akan terjadi kekacauan penanggalan bulan Dzulhijah selanjutnya yaitu setelah tanggal 10 Dzulhijjah.
"Kecuali kalau mau konsisten untuk sepanjang tahun tidak menggunakan penanggalan negeri masing-masing tetapi menggunakan penanggalan tunggal mengikuti hasil ru’yat Saudi dengan konsekwensi negeri-negeri muslim seluruh dunia tidak akan punya kalender melainkan menunggu ketetapan ru’yat negara Arab Saudi pada setiap awal bulan," ujarnya.
Hanya, Fakta-fakta ilmiah menunjukan bahwa negeri-negeri muslim terbagi pada dua wilayah mathla (tempat munculnya hilal) yang terkadang berbarengan dan terkadang berbeda.