JELANG RAMADHAN, Perlu Tahu Ada 2 clCara Penetapan Awal dan Akhir Ramadhan, Hasilnya Bisa Beda

- 26 Maret 2022, 16:11 WIB
Ilustrasi rukyatul hilal. Penetapan Awal Ramadhan 1443 H, Kemenag Sudah Menetapkan 101 Lokasi Titik Rukyati Hilal di Indonesia./Dok. PMJ News.
Ilustrasi rukyatul hilal. Penetapan Awal Ramadhan 1443 H, Kemenag Sudah Menetapkan 101 Lokasi Titik Rukyati Hilal di Indonesia./Dok. PMJ News. /

JURNAL SOREANG –Ramadhan segera tiba umat Islam akan menyambut bulan Ramadan untuk menjalankan kewajiban berpuasa selama satu bulan.

Seringkali kita jumpai, ada perbedaan dalam mengawali puasa Ramadan di setiap tahun. Kedua metode yang umum digunakan untuk menentukan awal berpuasa yaitu dengan metode hisab dan metode rukyat.

Muhammadiyah menetapkan, 1 Ramadan 1443 Hijriyah bertepatan dengan Sabtu, 2 April 2022.

Penetapan ini diumumkan dalam Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 01/MLM/1.0/E/2022.

Selain 1 Ramadan, maklumat tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1443 Hijriyah itu juga telah menetapkan 1 Syawal 1443 H bertepatan dengan Senin, 2 Mei 2022.

Baca Juga: JELANG RAMADHAN, Sudah Benarkah Niat Puasa Kita? ini Penjelasan Ustaz Dziqri Shidiq

Sesuai dengan perhitungan hari pada bulan qamariah yang berkisah pada angka 29 dan 30 membuat jumlah hari pada bulan Ramadan terkadang juga bervariasi setiap tahunnya. Kalender Qamariyyah berpatokan pada rotasi bulan terhadap bumi.

Namun, penentuan awal dan akhir Ramadhan selalu berbeda. Berikut adalah dua metode penentuan awal puasa Ramadan, metode Rukyat dan metode Hisab yang berhasil kami rangkum dari berbagai sumber.

1. Metode Rukyat (Rukyatul hilal)

Rukyat secara bahasa artinya melihat. Metode rukyat adalah kegiatan melihat kemunculan hilal atau bulan sabit yang pertama kali tampak. Pelaksanaan itu dilakukan pada saat menjelang matahari terbenam atau magrib.

Baca Juga: JELANG RAMADHAN: Wajib Tahu! 10 Sebab Doa Tidak Dikabulkan, Ingat Waktu-waktu Mustajab Doa

Rukyat dilakukan pada tanggal 29 di bulan yang sedang berlangsung menggunakan mata telanjang maupun alat bantu seperti teleskop.

Apabila ternyata hilal terlihat, maka malam itu ditetapkan sebagai tanggal 1 bulan baru. Namun, apabila hilal belum terlihat, maka bulan yang sedang berlangsung akan digenapkan menjadi 30 hari.

Kemudian pada waktu magrib keesokan harinya ditetapkan sebagai tanggal 1 bulan baru (Ramadan).

Metode ini menjadi yang paling umum diterapkan. Biasanya, baik pemerintah melalui Kementerian Agama RI dan organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama (NU) menggunakan metode rukyat sebelum dilakukan sidang isbat.

Baca Juga: JELANG RAMADHAN, Ini Tata Cara dan Doa Ziarah Kubur dalam Bahasa Arab dan Tulisan Latin Menurut UAS

Mengutip situs NU Online, Jumhurul madzahib (mayoritas imam madzhab selain madzhab Syafi'iyyah) berpendapat bahwa pemerintah diperbolehkan menjadikan ru'yatul hilal sebagai dasar penetapan awal bulan Qamariah, khususnya Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, seperti yang terjadi di Indonesia saat ini.

2. Metode Hisab

Hisab artinya penghitungan. Istilah hisab biasa digunakan dalam ilmu falaq (astronomi) untuk mengetahui posisi matahari dan bulan terhadap matahari.

Secara istilah, hisab berarti penentuan awal bulan Qamariyah berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi.

Baca Juga: Jelang Ramadhan, Polresta Bandung Gelar Vaksinasi 2000 Imam Masjid

Melalui metode hisab, penentuan awal bulan dapat diketahui jauh sebelumnya dan tidak tergantung pada terlihatnya hilal pada saat terbenamnya matahari menjelang tanggal 1 di bulan baru.

Metode hisab terbagi menjadi dua, yaitu hisab urfi dan hisab hakiki. Hisab urfi dilakukan dengan cara mengambil kesimpulan dari rata-rata lamanya umur bulan Qamariyah.

Metode ini dilakukan untuk menentukan umur bulan 29 hari atau 30 hari. sedangkan hisab hakiki dilakukan apabila hilal telah terlihat di ufuk timur pada waktu magrib, maka sudah dipastikan masuk tanggal 1 bulan baru.

Baca Juga: GRATIS, Meriahkan Ramadhan dengan Twibbon Terbaik dan Penuh Makna, Berikut 20+ Linknya

Menurut laman website Muhammadiyah, penentuan hari-hari penting Muhammadiyah ditentukan menggunakan metode hisab.

Hisab digunakan dalam arti penghitungan waktu dan ara tempat guna kepentingan pelaksanaan ibadah. Seperti misalnya penentuan salat, puasa, Idulfiti, waktu haji, dan waktu gerhana untuk pelaksanaan salat gerhana, serta penentuan arah kiblat.

Biasanya, Menteri Agama RI akan memimpin dan mengumumkan siaran langsung sidang isbat sebelum pelaksanaan puasa Ramadhan.

Baca Juga: JELANG RAMADHAN, Ini 7 Tips Mudah agar Tetap Fit Selama Berpuasa di Bulan Ramadhan

Hal itu menandai pelaksanaan puasa Ramadhan di sebagian besar wilayah Indonesia.

Meskipun di Indonesia umumnya menggunakan dua metode tersebut, namun terdapat metode-metode lain yang masih digunakan di beberapa tempat.

Seperti misalnya metode penentuan awal puasa dengan melihat pasang surut air laut, penghitungan kejawen atau hisab aboge, dan hisab Imkan rukyat.***

Editor: Sarnapi

Sumber: berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah