Teks Ceramah Ramadhan 2021, Mewujudkan Puasa yang Berkualitas

20 April 2021, 07:05 WIB
Ketua Umum yayasan Assalaam KH. Habib Syarief Muhammad Alaydrus /Assalaam/

JURNAL SOREANG- Sudah berapa kali kita memasuki puasa Ramadhan? Mungkin sudah sekian puluh kali. Dari Ramadhan ke Ramadhan yang kita alami, di Ramadhan tahun mana yang benar-benar puasa kita memiliki nilai yang paling berkualitas di sisi Allah? Apakah kualitas puasa kita menurun atau meningkat? Sudahkah diri kita terbentuk menjadi manusia yang muttaqin? Ramadhan tahun ini diharapkan adanya peningkatan kualitas puasa kita dibanding tahun kemarin.

Pada dasarnya ibadah puasa adalah imsaak, artinya menahan/mengendalikan diri. Imsak dimaksudkan untuk mengendalikan egoisme dan menumbuhkan jiwa sosial. Kesitulah arah ibadah puasa. Bila seorang muslim sudah mampu meraih tahapan ini, bisa disebut ibadah puasanya telah berhasil menumbuhkan kecerahan ruhaniyah yang berdampak terhadap kecerahan berpikir dan kecerahan berperilaku di tengah kehidupan sosialnya.

Di antara para shaa-imiim (orang-orang yang berpuasa) memang masih ada yang terkadang  timbul rasa kepuasan ketika telah menunaikan ibadah puasa, meskipun tidak berdampak dalam kehidupan sosialnya.

Ini menunjukkan rendahnya penghayatan kita terhadap apa yang disebut Imam al-Ghazali bahwa puasa sebagai ruh al-’ibadah atau asrar al-’ibadah. Yaitu ruh, jiwa, dan hikmah yang terkandung di balik ritual ibadah puasa.

Sepatutnya kita masih merasa merugi bila setiap ibadah kita pada Ramadhan ini ternyata belum bisa mengendalikan perilaku kita di tengah masyarakat.

Baca Juga: Badan Lemas Setelah Berpuasa Seharian? Berikut Tips Sehat Puasa Selama Ramadhan 2021

Baca Juga: Pengalaman Puasa Saat Kecil dari Ketua Pengajian wanita Assalaam: Jatuh dari Pohon Lalu Batalkan Puasa

Imam al-Ghazali menyatakan, ada cara berpuasa orang awam, cara berpuasa orang khawaas, dan khawaas al-khawaas. Hal ini berkaitan pemahaman seseorang tentang ibadah dan kualitas ibadah.

Setiap muslim seharusnya mengejar puasa yang berkualitas. Puasa yang berkualitas tidak hanya sekedar pemenuhan ritual puasa tetapi juga penghayatan makna dan ruh yang kemudian berbekas dalam diri dan perilaku yang melakukannya. Menyangkut kualitas, Allah berfirman, ”...ayyukum ahsanu ’amalaa.”, artinya siapa diantara kalian yang terbaik amalnya. Setiap pribadi muslim wajib mengejar kualitas perbuatannya.

Ayat ini tidak menyebut siapa yang terburuk amalnya, tetapi yang disebut “siapa yang terbaik amalnya”. Hal ini mengisyaratkan bahwa sebenarnya berlomba dalam kebaikan itulah yang seharusnya menjadi perhatian manusia.

Baca Juga: Puasa Sehat Ala dr. Gia Pratama di Bulan Ramadhan, Berat Badan Dijamin Turun!

Baca Juga: Takjil Buka Puasa Ala Karim Benzema, Tak Perlu Berlebihan Tapi Dijamin Pulihkan Tenaga

Untuk masuk arena perlombaan, seharusnya sejak awal berupaya meningkatkan diri menjadi manusia unggul dan berkualitas.  Karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar puasa menjadi berkualitas ;

1.       Ikhlas

Inilah penentu awal kualitas puasa kita, yakni keikhlasan. Tidak hanya puasa, bahkan seluruh amal akan ditentukan pertama kali oleh standar ini. .

2. Meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa
Tentu saja untuk menjadi berkualitas, puasa itu harus sah. Artinya, kita harus meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa. 

3. Meninggalkan hal-hal yang membuat puasa sia-sia
Ikhlas serta meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa saja tidak cukup untuk membuat puasa kita berkualitas. Hal lain yang perlu kita lakukan adalah meninggalkan hal-hal yang membuat puasa sia-sia.

Baca Juga: Pengalaman Puasa Prof. Dr. Hj. Ulfiah: Dari Krupuk Melarat Sampai Ikut Keliling Kampung Saat Sahur

Baca Juga: Pengalaman Puasa Ketua Pergunu Jabar: Sambil Menyelam Minum Air agar Kuat Puasa Sampai Magrib

4. Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Sering kita jumpai, ada orang yang berpuasa lalu mengisi siang harinya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Dengan alasan agar lupa rasa lapar dan haus selama puasa, mereka seharian di depan televisi, memperbanyak main game, dan sebagainya. Hal ini hendaknya ditinggalkan agar puasa kita benar-benar berkualitas.

5. Mempuasakan seluruh organ tubuh, pikiran, dan hati

Inilah yang diistilahkan puasa khusus oleh Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin dan ditegaskan oleh Ibnu Qudamah dalam Mukhtashar Minhajul Qasidin, yaitu ;

Pertama, mempuasakan mata dengan menahannya dari pandangan kepada sesuatu yang diharamkan, tercela dan dibenci syariat serta melalaikan Allah SWT.

Kedua, mempuasakan lidah dengan memeliharanya dari berbicara tanpa arah, dusta, menggunjing, mengumpat, berkata buruk, berkata kasar, permusuhan dan mendzalimi orang lain.

Baca Juga: Jozeph Paul Zhang Kini Diburu Polisi dan Interpol, Menag Mengapresiasi Langkah Proaktif Aparat

Baca Juga: MIRIS! Warga Palestina Dilarang Buka Puasa di Masjid Al Aqsa, Yerusalem oleh Polisi Israel

Ketiga, mempuasakan telinga dari mendengarkan segala sesuatu yang haram dan makruh. Karena segala sesuatu yang haram diucapkan adalah haram pula untuk didengarkan. Bahkan, Allah SWT mengepadankan orang yang mencari pendengaran haram dengan pemakan harta haram.

Keempat, mempuasakan tangan dari mendzalimi orang lain, mengambil sesuatu yang bukan haknya, serta melakukan perbuatan yang dilarang syariat.

Kelima, mempuasakan kaki dari berjalan ke arah yang diharamkan oleh Allah SWT.

Baca Juga: Catat! 8 Wilayah Ini Perbolehkan Warganya Mudik Lokal, Salah Satunya Wilayah Bandung Raya, Berikut Daftarannya

Baca Juga: Catat! Ini Waktu yang Disarankan Ahli Gizi, Untuk Mengkonsumsi Suplemen Selama Puasa Ramadan

Keenam, mempuasakan hati dari penyakit-penyakit ruhiyah seperti dengki, iri, marah, kecintaan pada dunia, dan sebagainya.

Ketujuh, menjaga pikiran dari membayangkan hal-hal yang disenangi syahwat dan dibenci syariat, serta dari tipu daya dan pikiran destruktif lainnya.

6. Memperbanyak amal shalih selama Ramadhan

Banyak orang terkecoh dengan memperbanyak tidur saat puasa karena menilai itu sebagai ibadah. Memang ia lebih baik dibandingkan jika melakukan hal-hal yang makruh atau haram. Akan tetapi, tentu lebih baik lagi jika pada saat puasa kita memperbanyak amal shalih, mengisinya dengan aktifitas-aktifitas positif yang bernilai ibadah di sisi Allah SWT.

Semoga kita termasuk orang-orang yang dimudahkan Allah SWT sehingga bisa berpuasa dengan kualitas seperti itu dan akhirnya mencapai derajat taqwa; mendapatkan ampunan Allah SWT, meraih ridho dan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Aamiin***

Penulis: KH. Habib Syarief Muhammad Al’aydrus (Ketua Umum Yayasan Assalaam Bandung.Jln. Sasak gantung, Kota Bandung).

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler