Mari Kenali Sensory Processing Disorder (SPD), Sebuah Gangguan yang Membuat Disfungsi Panca Indera

- 20 Februari 2023, 06:45 WIB
Ilustrasi Anak Pengidap Sensory Processing Disorder sedang Terapi
Ilustrasi Anak Pengidap Sensory Processing Disorder sedang Terapi /Tatiana Syrikova/Pexels/

JURNAL SOREANG - Gangguan pemrosesan sensorik (SPD) adalah suatu kondisi yang memengaruhi cara otak Anda memproses informasi sensorik (stimuli). Informasi sensorik mencakup hal-hal yang berhubungan dengan panca indera manusia, seperti melihat, mendengar, penciuman, perasa/rasakan, atau sentuh/sentuhan. SPD dapat mempengaruhi semua indera pengidapnya, atau hanya satu.

SPD biasanya berarti orang tersebut terlalu peka terhadap rangsangan yang tidak dimiliki orang lain. Namun gangguan tersebut juga dapat menyebabkan efek sebaliknya. Dalam kasus ini, dibutuhkan lebih banyak rangsangan untuk mempengaruhi seseorang.

Anak-anak lebih mungkin dibandingkan orang dewasa untuk memiliki SPD. Namun orang dewasa juga dapat memiliki gejala. Pada orang dewasa, kemungkinan besar gejala tersebut sudah ada sejak kecil. Namun, orang dewasa telah mengembangkan cara untuk menangani SPD yang memungkinkan mereka menyembunyikan gangguan tersebut dari orang lain.

Ada beberapa perdebatan di kalangan dokter tentang apakah SPD merupakan gangguan tersendiri. Beberapa dokter berpendapat tidak. Ada yang mengatakan itu diagnosis untuk hal-hal yang dapat dijelaskan sebagai perilaku umum anak-anak. Yang lain mengatakan beberapa anak sangat sensitif. Beberapa dokter mengatakan bahwa SPD adalah gejala gangguan lain, seperti gangguan spektrum autisme, hiperaktif, gangguan pemusatan perhatian, kecemasan, dan lain-lain. Dan bukan gangguan itu sendiri.

Baca Juga: Pemprov Jabar Usulkan Ibu Inggit Garnasih Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Apa saja Jasanya untuk Bangsa?

Dokter lain percaya anak yang mungkin menderita SPD tanpa gangguan lain. Beberapa mengatakan jelas bahwa beberapa anak mengalami kesulitan menangani informasi sensorik biasa (stimuli). Untuk saat ini, SPD tidak diakui sebagai diagnosis medis resmi.

Gejala Gangguan Pemrosesan Sensorik (SPD)

SPD dapat memengaruhi satu indera atau beberapa indera. Anak-anak yang menderita SPD mungkin bereaksi berlebihan terhadap suara, pakaian, dan tekstur makanan. Atau mereka mungkin kurang bereaksi terhadap input sensorik.

Baca Juga: Fakta Minyak Jelantah Yang Jarang Diketahui, Ini Dampak Buruk dan Solusi Pengolahannya agar Aman

Hal ini menyebabkan mereka mendambakan rangsangan pencarian sensasi yang lebih intens. Beberapa contohnya termasuk melompat dari benda tinggi atau berayun terlalu tinggi di taman bermain. Juga, anak-anak dengan SPD tidak selalu hanya satu atau yang lain. Mereka bisa menjadi campuran antara terlalu sensitif dan kurang sensitif.
Anak-anak mungkin terlalu sensitif jika mereka:

- Pikirkan pakaian terasa terlalu gatal atau gatal.
- Pikirkan lampu tampak terlalu terang.
- Pikirkan suara terdengar terlalu keras.
- Pikirkan sentuhan lembut terasa terlalu keras.
- Rasakan tekstur makanan yang membuat mereka muntah.
- Memiliki keseimbangan yang buruk atau tampak canggung.
- Takut bermain ayunan.
- Bereaksi buruk terhadap gerakan tiba-tiba, sentuhan, suara keras, atau cahaya terang.
- Memiliki masalah perilaku.

Terkadang gejala-gejala ini juga terkait dengan keterampilan motorik yang buruk. Seorang anak pengidapnya mungkin kesulitan memegang pensil atau gunting. Dia mungkin mengalami kesulitan menaiki tangga atau memiliki otot yang rendah. Dia juga mungkin mengalami keterlambatan bahasa.

Baca Juga: Tes IQ: Hanya Orang Cerdas yang Bisa Jawab! Temukan 7 Perbedaan Gambar Ini dengan Cepat dan Tepat

Pada anak yang lebih besar, gejala ini dapat menyebabkan rasa percaya diri yang rendah. Mereka dapat menyebabkan isolasi sosial dan bahkan depresi.
Anak-anak mungkin kurang sensitif (mencari sensor) jika mereka:

- Tidak bisa duduk diam
- Cari sensasi (suka melompat, ketinggian, dan berputar).
- Bisa berputar tanpa pusing.
- Jangan menangkap isyarat sosial.
- Jangan mengenali ruang pribadi.
- Mengunyah benda-benda (termasuk tangan dan pakaian mereka).
- Carilah stimulasi visual (seperti elektronik).
- Memiliki masalah tidur.
- Tidak mengenali ketika wajah mereka kotor atau hidung meler.


Apa yang Menyebabkan Gangguan Pemrosesan Sensorik?

Dokter tidak tahu apa yang menyebabkan SPD. Mereka sedang mengeksplorasi hubungan genetik, yang berarti itu bisa terjadi dalam keluarga. Beberapa dokter percaya mungkin ada hubungan antara autisme dan SPD. Ini bisa berarti bahwa orang dewasa yang menderita autisme lebih mungkin memiliki anak yang menderita SPD. Namun penting untuk dicatat bahwa kebanyakan orang yang menderita SPD tidak menderita autisme. SPD tidak dapat dicegah atau dihindari disebabkan dokter tidak mengetahui penyebabnya.

Baca Juga: Serie A AS Roma vs Hellas Verona Malam Ini : Link Nonton, Susunan Pemain, Rekor Pertemuan dan Prediksi Skor


Bagaimana Gangguan Pemrosesan Sensorik Didiagnosis?

Orang tua mungkin mengenali perilaku anak mereka yang tidak biasa. Namun kebanyakan orang tua mungkin tidak tahu mengapa. Jangan takut untuk mendiskusikan perilaku anak kita dengan dokter ahli. Dia mungkin akan merujuk anak Anda yang memang mengetahui memiliki gangguan SPD ini ke terapis okupasi. Para profesional ini dapat menilai anak Anda untuk SPD. Dia kemungkinan besar akan melihat anak Anda berinteraksi dalam situasi tertentu. Terapis akan mengajukan pertanyaan kepada anak Anda. Semua hal ini akan membantu membuat diagnosis.

Perawatan Gangguan Pemrosesan Sensorik

Pengobatan biasanya dilakukan melalui terapi. Penelitian menunjukkan bahwa memulai terapi lebih awal adalah kunci untuk mengobati SPD. Terapi dapat membantu anak-anak belajar bagaimana mengelola tantangan mereka.

Sesi terapi dipimpin oleh terapis terlatih. Dia akan membantu yang menderita SPD dan sang anak dapat belajar bagaimana mengatasi gangguan tersebut. Sesi didasarkan pada apakah seorang anak terlalu sensitif, kurang sensitif, atau kombinasi keduanya.

Baca Juga: Kece Badai! Song Hye Kyo Muncul di Bandara dengan Suasana Nyaman, Sudah Moveon dari Song Joong Ki?

Ada berbagai jenis terapi:

- Terapi sensori integrasi (SI). Jenis terapi ini menggunakan kegiatan yang menyenangkan dalam lingkungan yang terkendali. Dengan terapis, anak Anda mengalami rangsangan tanpa merasa kewalahan. Dia dapat mengembangkan keterampilan koping untuk menghadapi rangsangan itu. Melalui terapi ini, keterampilan koping ini dapat menjadi respons sehari-hari yang teratur terhadap rangsangan.
- Diet sensorik. Sering kali, diet sensorik akan melengkapi terapi SPD lainnya. Diet sensorik bukanlah diet makanan khas Anda. Ini adalah daftar kegiatan sensorik untuk rumah dan sekolah. Aktivitas ini dirancang untuk membantu anak Anda tetap fokus dan teratur sepanjang hari. Seperti SI, diet sensorik disesuaikan berdasarkan kebutuhan anak Anda. Diet sensorik di sekolah mungkin termasuk:

- Waktu setiap jam ketika anak Anda bisa berjalan kaki selama 10 menit.
- Waktu dua kali sehari ketika anak Anda bisa mengayun selama 10 menit.
- Akses ke headphone dalam kelas agar anak Anda dapat mendengarkan musik sambil bekerja.
- Akses ke mainan gelisah.
- Akses ke kabel bungee kursi meja. Ini memberi anak Anda cara untuk menggerakkan kakinya saat duduk di kelas.
- Pekerjaan yang berhubungan dengan terapi. Anak Anda juga mungkin memerlukan terapi ini untuk membantu gejala lain yang terkait dengan SPD. Ini dapat membantu keterampilan motorik halus, seperti tulisan tangan dan menggunakan gunting. Ini juga dapat membantu keterampilan motorik kasar, seperti menaiki tangga dan melempar bola. Itu dapat mengajarkan keterampilan sehari-hari, seperti berpakaian dan cara menggunakan peralatan.***

 

 

Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal SoreangFB Page Jurnal SoreangYouTube Jurnal SoreangInstagram @jurnal.soreang, dan TikTok @jurnalsoreang

 

Editor: Josa Tambunan

Sumber: familydoctor.org


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x