Seasonal Affective Disorder (SAD): Apa Gejala, Diagnosis, dan Pengobatannya?

- 13 Februari 2023, 19:47 WIB
Ilustrasi tentang Gangguan Afektif Musiman
Ilustrasi tentang Gangguan Afektif Musiman /Unsplash./Annie Spratt/

 

JURNAL SOREANG - Seasonal Affective Disorder (SAD) atau yang memiliki arti Gangguan Afektif Musiman adalah bentuk depresi yang juga dikenal sebagai depresi musiman, atau depresi musim dingin.

Dalam Diagnostic Manual of Mental Disorders (DSM-5), gangguan ini diidentifikasi sebagai salah satu jenis depresi – Major Depressive Disorder with Seasonal Pattern.

Orang dengan SAD mengalami perubahan mood dan gejala yang mirip dengan depresi. Gejala biasanya terjadi selama bulan-bulan musim gugur dan musim dingin ketika sinar matahari lebih sedikit dan biasanya membaik dengan datangnya musim semi.

Baca Juga: 10 Universitas Terbaik di Indonesia Versi QS World University Rankings 2023, Nomor 1 Diduduki UGM?

Bulan-bulan tersulit bagi penderita SAD di Amerika Serikat cenderung Januari dan Februari. Meskipun jauh lebih jarang, beberapa orang mengalami SAD di musim panas.

SAD lebih dari sekadar "musim dingin biru". Gejalanya bisa membuat stres dan luar biasa dan dapat mengganggu fungsi sehari-hari. Namun, itu bisa diobati. Sekitar 5 persen orang dewasa di AS mengalami SAD dan biasanya berlangsung sekitar 40 persen dalam setahun. Ini lebih umum di kalangan wanita daripada pria.

SAD telah dikaitkan dengan ketidakseimbangan biokimia di otak yang dipicu oleh jam siang yang lebih pendek dan lebih sedikit sinar matahari di musim dingin. Saat musim berganti, orang mengalami pergeseran jam internal biologis atau ritme sirkadian yang dapat menyebabkan mereka keluar dari jadwal harian mereka. SAD lebih sering terjadi pada orang yang tinggal jauh dari khatulistiwa di mana siang hari lebih sedikit di musim dingin.

Baca Juga: Pemilu 2024! Jelang Pemilihan, Bawaslu Kabupaten Bandung Ajak Masyarakat Lakukan Ini

Gejala dan Diagnosis

Gejala umum SAD termasuk kelelahan, bahkan dengan terlalu banyak tidur, dan penambahan berat badan yang berhubungan dengan makan berlebihan dan mengidam karbohidrat. Gejala SAD dapat bervariasi dari ringan hingga berat dan dapat mencakup banyak gejala yang mirip dengan depresi berat, seperti:

- Merasa sedih atau memiliki suasana hati yang tertekan

Baca Juga: Benarkah 4 Weton Ini Dicap Angker dan Seram Saat Marah? Hati-hati Jika Berurusan dengan Mereka!

- Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang pernah dinikmati

- Perubahan nafsu makan; biasanya makan lebih banyak, mengidam karbohidrat

- Perubahan dalam tidur; biasanya tidur terlalu banyak

- Kehilangan energi atau peningkatan kelelahan meskipun jam tidur meningkat

Baca Juga: Ferdy Sambo Resmi Divonis Hukuman Mati, Kamarudin Simanjuntak: Terimakasih

- Peningkatan aktivitas fisik tanpa tujuan (mis., Ketidakmampuan untuk duduk diam, mondar-mandir, menggerakkan tangan) atau gerakan atau ucapan yang melambat (tindakan ini harus cukup parah agar dapat diamati orang lain)

- Merasa tidak berharga atau bersalah

- Kesulitan berpikir, berkonsentrasi, atau membuat keputusan

- Pikiran tentang kematian atau bunuh diri;

Baca Juga: Tes Visual: Elemen yang Menarik Pandangan Akan Mengungkap Apa yang Hilang dalam Hidup Anda

SAD dapat dimulai pada usia berapa pun, tetapi biasanya dimulai saat seseorang berusia antara 18 dan 30 tahun.

Pengobatan

SAD dapat diobati secara efektif dengan beberapa cara, termasuk terapi cahaya, obat antidepresan, terapi bicara, atau kombinasi dari semuanya. Sementara gejala umumnya akan membaik dengan sendirinya seiring pergantian musim, gejala dapat membaik lebih cepat dengan pengobatan.

Baca Juga: VIRAL! Akuisisi Saham SM Ent oleh HYBE, Pekerja Ikut Protes? karyawan SM: Dulu Saya Bangga Kerja Disini

Terapi cahaya melibatkan duduk di depan kotak terapi cahaya yang memancarkan cahaya yang sangat terang (dan menyaring sinar ultraviolet (UV) yang berbahaya). Biasanya membutuhkan 20 menit atau lebih per hari, biasanya di pagi hari, selama bulan-bulan musim dingin. Kebanyakan orang melihat beberapa perbaikan dari terapi cahaya dalam satu atau dua minggu setelah memulai pengobatan. Untuk menjaga manfaat dan mencegah kekambuhan, pengobatan biasanya dilanjutkan selama musim dingin. Disebabkan antisipasi kembalinya gejala pada akhir musim gugur, beberapa orang mungkin memulai terapi cahaya pada awal musim gugur untuk mencegah gejala.

Terapi bicara, khususnya terapi perilaku kognitif (CBT), dapat mengobati SAD secara efektif. Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) adalah jenis antidepresan yang paling umum digunakan untuk mengobati SAD.

Bagi sebagian orang, peningkatan paparan sinar matahari dapat membantu memperbaiki gejala SAD. Misalnya, menghabiskan waktu di luar atau menata rumah atau kantor kamu sehingga kamu terpapar jendela di siang hari. Namun, paparan sinar UV dari matahari dapat meningkatkan risiko kanker kulit. Dan kamu harus berbicara dengan dokter Anda tentang risiko dan manfaatnya.

Baca Juga: Pecinta Drama Wajib Tau! 5 Sekuel Drakor Populer Ini Akan Tayang 2023, Cek Apakah yang Kamu Tunggu Termasuk?

Menjaga kesehatan dan kebugaran kamu secara umum juga dapat membantu, seperti olahraga teratur, makan sehat, mendapatkan tidur yang cukup, dan tetap aktif dan terhubung (seperti menjadi sukarelawan, berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, dan berkumpul bersama teman dan keluarga) dapat membantu.

Jika kamu merasa memiliki gejala SAD, carilah bantuan profesional medis yang terlatih. Sama seperti bentuk depresi lainnya, penting untuk memastikan tidak ada kondisi medis lain yang menyebabkan gejala.

SAD dapat salah didiagnosis dengan adanya hipotiroidisme, hipoglikemia, mononukleosis menular, dan infeksi virus lainnya, jadi evaluasi yang tepat adalah kuncinya. Seorang profesional kesehatan mental dapat mendiagnosis kondisi tersebut dan mendiskusikan pilihan terapi. Dengan perawatan yang tepat, SAD bisa menjadi kondisi yang dapat dikelola.

Baca Juga: Setahun Jelang Pencoblosan Pemilu 2024, Bawaslu Kabupaten Bandung: Masyarakat Ikut Aktif Mengawasi

Jika kamu merasa depresi kamu parah atau jika kamu mengalami pikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan ke dokter atau cari bantuan di IGD terdekat.***

 

 

Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal SoreangFB Page Jurnal SoreangYouTube Jurnal SoreangInstagram @jurnal.soreang, dan TikTok @jurnalsoreang

 

Editor: Josa Tambunan

Sumber: Psychiatry


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah