“Kita baru mencapai 6 persen. Meskipun masih 6 persen, barangkali kita bisa kumpulkan data guru-guru dan petugas publik yang sudah divaksinasi, apakah data kesakitan atau kematian mengalami penurunan. Kalau itu terjadi, maka begitu angka 50 persen tercapai, atau idealnya 70 persen, tercapai maka kita sudah bisa mengatakan pandemi sudah terkendali,” ujar Mahardika.
Mahardika juga mencontohkan bagaimana herd immunity terbentuk pada pandemi sebelumnya.
“Ada pandemi yang disebut Spanish Flu. Indonesia juga terdampak, tetapi pada waktu itu tidak ada vaksin. Yang terjadi adalah pandemi berlangsung tiga tahun dan berakhir dengan herd immunity. Jadi imunitas yang disebabkan oleh penularan virus itu sendiri,” ujarnya.
Pandemi besar lainnya yang menurut Mahardika, juga berakhir dengan terciptanya herd immunity yaitu Flu H1N1 tahun 2009.
“Tapi itu pandemi yang ringan (mild). Memang cepat sekali menular ke seluruh dunia, tetapi tidak menimbulkan gejala klinis yang berat dan kemudian juga selesai karena herd immunity alamiah,” ujarnya.
Herd immunity baik yang alami maupun yang buatan akan membuat pandemi COVID-19 ini lebih cepat terkendali.
“Asumsinya tanpa vaksin itu 3 tahun, maka dengan vaksin dalam 1,5 tahun sudah berakhir. Sekali lagi saya berharap sekali vaksin itu akan menyebabkan kita keluar dari cekaman pandemi ini,” kata Mahardika.***