Ini Kehebatan Bulan Muharram Menurut KH. Habib Syarief Muhammad Al’Aydrus

9 Agustus 2021, 19:42 WIB
Ketua Umum yayasan Assalaam KH. Habib Syarief Muhammad Alaydrus /Assalaam/

JURNAL SOREANG- Muharram adalah bulan momentum umat Islam, karena merupakan yama awal tahun hijriyah. Penyebutan nama bulan dan tahun hijriyah di masyarakat Indonesia tidak seakrab dengan penyebutan bulan dan tahun Masehi,  padahal bulan-bulan hijriyah merupakan bulan umat Islam.

Demikian pula peringatan pergantian tahun hijriyah tidak semarak dengan pergantian tahun Masehi termasuk dalam penggunaan tanggal hijriyah.

Seharusnya bagi umat Islam, penanggalan bulan-bulan hijriyah tidak asing lagi dalam menentukan jadwal-jadwal kegiatan keseharian baik pada ruang lingkup kegiatan berskala kecil maupun besar.

Baca Juga: INGAT! Kemenag Geser Hari Libur Tahun Baru Islam Jadi 11 Agustus 2021

Bulan Muharram memiliki arti penting dalam perubahan dan perkembangan Islam. Mengapa tidak, karena Muharram merupakan tonggak sejarah dalam perhitungan tahun hijriyah sebagaimana yang ditetapkan oleh khalifah Umar bin Khattab.

Tahun baru hijriyah seharusnya dijadikan momentum reformasi dan kebangkitan Islam (ishlahul islam/ nahdhatul islam).

1.    Bangkit dalam ilmu pengetahuan (nahdhatul ‘ilmi). Bangkit dari ilmu maksudnya kita harus belajar dan menggali pengetahuan sehingga menghasilkan penemuan baru dalam pengetahuan.
Bangkit dalam mengembangkan ilmu pengetahuan harus menjadi wujud nyata umat Islam.

Baca Juga: Link Twibbon Gratis dan Keren Ucapan Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharam 1443 Hijriah

Umat Islam ketinggalan dengan Barat dalam science dan teknologi.
Teknologi Barat berkembang pesat sementara di kalangan Islam ketinggalan jauh padahal ide dasar itu semua sudah ada di dalam Al-Quran.

Kejayaan Islam pada 15 abad yang lalu seharusnya dijadikan momentum kebangkitan Islam yang dimulai pada bulan Muharram.

Umat Islam seringkali disibukkan dengan masalah-masalah kecil dan sepele dibanding mencari solusi masa depan umat yang gemilang.

2.    Bangkit dalam amal dan kepedulian sosial (nahdhahatul ‘amal wal iqtishadil ijtima’iyah).

Baca Juga: CATAT! Prakiraan Hilal Penentu Awal Bulan Muharam 1443 Hijriah Penting bagi Umat Islam

Tidak salah bila bulan Muharram dijadikan untuk memberikan kepedulian sosial di masyarakat, yaitu kepedulian terhadap anak yatim.

Bahkan ada yang menjadikan momentum 10 Muharram dijadikan sebagai lebaran bagi anak-anak yatim.

Lebaran bukan berarti menambah hari raya idul fithri dan  idul adha,  tetapi itu sebagai momentum kepedulian memberikan kasih sayang kepada anak yatim sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw walaupun sebenarnya kepedulian terhadap yatim harus dilaksanakan setiap waktu.

Kepedulian Rasulullah saw terhadap anak yatim senantiasa beliau mengusap kepala anak yatim, sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah bersabda, ”Dan barangsiapa yang membelaikan tangannya pada rambut (kepala) anak yatim di hari 'Asyura, maka Allah Ta’ala mengangkat derajat orang tersebut untuk satu helai rambut satu derajat”. Demikian pula menyantuni anak yatim dan berpuasa pada hari Asyura.

 Baca Juga: Hukum Menyembelih Citah untuk Kurban dalam Islam, Bisakah Jadi Kendaraan di Akhirat?

3.    Bangkit dari keterpurukan budaya (hadhaarah) jahiliyah. Budaya yang berkembang di era globalisasi belum mampu disaring, dipilah-pilah.

Seringkali masyarakat meniru secara keseluruhan budaya Barat dengan percaya diri meniru dalam kehidupan padahal bertentangan dengan agama Islam. Karena itu hendaknya kita bangkit merubah budaya jahiliyah kembali ke budaya Islam.

4.    Bangkit dalam perekonomian (nahdhah lil iqtishadiyah). Ekonomi kerakyatan harus manjadi basic dalam upaya meningkatkan ekonomi masyarakat.

Baca Juga: Ini Aturan Islam Setelah Ada Pertunangan, Ustaz Nandang: Tetap Belum Halal

Perekonomian suatu Negara harus mampu menekan angka kemiskinan. Miskin ekonomi bisa berdampak terhadap miskin akidah. Sabda Rasul saw, “Kaadal faqru an yakuuna kufran”, artinya kemiskinan dapat terjerumus dalam kekufuran. Banyak masyarakat yang menjual/pindah agama demi sesuap nasi.

5.    Bangkit dari keterasingan dengan ekspansinya (nahdhah minal ghariib wat tansyiir). Islam saat datang asing, dan sekarang banyak diasingkan orang. Islam dikenal dan diketahui banyak orang tetapi diabaikan pengamalannya.

Mengaku Islam tetapi tidak menjalankan ajaran Islam. Islam harus bangkit dari keterasingan dan diasingkan oleh setiap muslim tetapi harus mampu diimplementasikan nilai-nilai Islam itu sendiri dalam kehidupan dan disebar luas ke tengah-tengah masyarakat.

Baca Juga: Percepatan Vaksinasi Covid-19 agar Selesaii Desember 2021, Bupati Gandeng Ulama dan Ormas Islam

6.    Bangkit dari perpecahan (nahdhah minat tafarruq). Persatuan dapat memberikan kekuatan.
Dulu waktu dijajah, bambu runcing dapat mengalahkan senjata meriam karena persatuan yang kuat. Dunia menjadi kuat dengan persatuan.

Sabda Rasul, “Ada empat pilar yang menjadikan tegak dan kuatnya dunia ; 1) Ilmunya para ‘Ulama (ilmunya orang yang berilmu), 2) Adilnya pemerintah, 3) Dermawannya orang-orang yang kaya, 4) Do’anya orang-orang yang fakir”.
Seandainya tidak ada ilmunya orang-orang yang berilmu pasti rusak orang-orang yang bodoh. Seandainya tidak ada dermawannya orang-orang yang kaya, pasti  rusak orang-orang faqir.

Seandainya tidak ada doanya orang-orang yang faqir rusaklah orang-orang yang kaya. Seandainya tidak ada keadilan pemerintahan pasti manusia makan manusia yang lain.

Baca Juga: Instagram Siti Nurhaliza Banjir Ucapan Duka Usai Siti Sarah Lahirkan Anaknya: Innalillahi WainnaIlaihi Rojiun

Tegaknya empat pilar di atas dapat memberikan kekuatan yang luar biasa dan menjauhkan perpecahan umat.***

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler