Ceramah Singkat KH. Zainuddin MZ: Orang Tidak Puasa Boleh Merayakan Lebaran

10 Mei 2021, 22:05 WIB
Alm. K. H Zainuddin M.Z. /Facebook. /

JURNAL SOREANG – Salah satu ulama fenomenal di Indonesia, alm. KH. Zainuddin MZ pernah berkata dalam ceramahnya, orang tidak puasa boleh merayakan lebaran. Karena pada hakikatnya, lebaran itu berbeda dengan Idul Fitri.

Berikut ceramah singkat KH. Zainuddin MZ, tentang makna lebaran dan Idul Fitri, dikutip Jurnal Soreang dari kanal Youtube Gmt Media Channel:

Hari-hari pada minggu akhir Ramadan, kita bersama-sama menyaksikan sebuah fenomena, tentang pindahnya kegiatan umat.

Baca Juga: Selamat Jalan Untuk Selamanya, Ruben Onsu Ucapkan Duka Cita Wafatnya Sapri Pantun

Dari masjid ke pasar, dari masjid ke terminal, dari masjid ke stasiun, dari masjid ke bandara. Apa boleh buat, itulah wajah kita.

Bahwa lebaran artinya mudik, bahwa lebaran artinya baju baru dan makanan.

Lebaran berbeda dengan Idul Fitri. Lebaran adalah tradisi, yang setiap kita boleh ikutan. Siapa saja boleh ikut lebaran. Tapi tidak tiap orang bisa merayakan Idul Fitri.

Mau puasa atau tidak puasa, boleh lebaran. Nggak dilarang sama petugas keamanan. Mau ibadah Ramadan atau tidak melakukan ibadah Ramadan, boleh ikut lebaran.

Baca Juga: Teks Ceramah Ramadhan 2021: Mudik Saat Ini malah Anti Silaturahmi

Tapi tidak berarti merayakan Idul Fitri. Karena selalu ada cost (ongkos/biaya) dari apa saja yang kita lakukan. Mau ibadah atau tidak, mau jadi orang baik atau jadi bajingan paling tengik, mau berbuat salah atau berbuat sholeh, selalu ada ongkosnya.

Kita bicara kembali kepada fitrah (Idul Fitri). Allah berfirman dalam ayat 185 Surat Al-Baqarah, “Walitukmilul 'iddata walitukabbirullaha 'ala ma hadakum wala'allakum tasykurun”.

Ada empat hal dalam cuplikan ayat pendek ini. Walitukmilul ‘iddata: Hendaknya engkau sempurnakan jumlah bilangan hari puasamu. Makna sempurnakan disini ada dua, yaitu sempurnakan satu bulan penuh dan sempurnakan semangat puasamu.

Artinya, walaupun Ramadan telah berakhir, puasa jangan selesai. Tangan kita masih tetap harus puasa dari mengambil bukan yang milik kita. Lidah kita tetap berpuasa dari memfitnah dan menggunjing orang lain.

Baca Juga: Ini Niat Mengeluarkannya Zakat Fitrah bagi Diri Maupun Orang Lain

Kaki kita, walaupun Ramadan sudah selesai, tetap puasa dari berjalan ke tempat yang tidak baik. Perut kita, tetap berpuasa dari kemasukan barang-barang yang haram. Sempurnakan semangat puasamu.

Tuntunan yang kedua dalam Al-Quran, Walitukabbirullaha: hendaknya engkau agungkan nama Tuhanmu, yaitu takbiran. Takbiran itu bisa sendiri, bisa berjamaah, bisa di rumah, di masjid, di surau.

Bung Tomo, dalam pidatonya pernah berkata: “Andaikan tidak ada kalimat takbir, saya tidak tahu dengan apa saya harus menggerakkan putra-putra terbaik bangsa. Untuk bangkit dan berjuang melawan penjajah”.

Nama Allah, menjadi motivasi besar dalam kehidupan kita. Ini pesan Al-Quran, Al-Baqarah ayat 185. Pesan kedua, setelah sempurnakan jumlah hari bilangan puasamu, agungkan nama Tuhanmu. Takbiran.

Baca Juga: Ceramah Singkat KH. Zainuddin MZ: Rakyat Indonesia Sudah Kenyang dengan Ujian

Jadi, bukan akhir Ramadan lalu sibuk beli baju. Boleh, tapi bukan itu yang utama. Idul Fitri adalah ketataatan yang meningkat, yang telah ditempa, digembleng oleh Ramadan.

Jadi kalau Ramadan rajin baca Al-Quran, kalau selesai Ramadan sayonara (sampai jumpa) Al-Quran. Latihan (satu bulan) tidak berhasil.

Masjid kembali senyap, padahal masjid adalah pusat kegiatan umat. Umat Islam dengan masjid, seperti ikan dengan air. Tidak boleh pisah.

Kalau umat sudah mulai menjauhi masjid, jiwanya yang akan mati. Kalau jiwanya mati jasadnya masih hidup, itu namanya bangkai berjalan.***

Editor: Sam

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler