Cara Media Jepang Beritakan Bencana Tsunami di Negaranya

- 3 Juni 2021, 10:10 WIB
Ilustrasi bencana Tsunami.
Ilustrasi bencana Tsunami. /Jurnal Soreang/Ghulam Halim/Pixabay/Kellepics

JURNAL SOREANG – Saat bencana melanda suatu wilayah, biasanya seluruh media akan berlomba-lomba menjual kesedihan para korban.

Sebab, media menganggap bad news is a good news – kabar buruk adalah berita baik. Namun ternyata, media Jepang tidak melakukan hal tersebut.

Dikutip Jurnal Soreang dari akun Instagram @faktamedia, ketika gempa dan tsunami menerjang Jepang pada 2011, tak satu pun media dari negeri terbit tersebut yang menayangkan gambar mayat bergelimpangan, atau histeria tangisan korban.

Baca Juga: Demi Mempercepat UMKM Jabar Go Digital, Ridwan Kamil Gandeng Shopee dalam Membuka Shopee Center

Di hari pertama, media Jepang akan menyiarkan kondisi pasca bencana gempa dan tsunami terkini, yang dipantau melalui udara.

Tak ingin berlarut-larut, keesokan harinya media Jepang akan menampilkan bagaimana cara warga bergotong royong untuk bisa bangkit, serta menyoroti langkah pemerintah dalam memulihkan kota.

Tak ada darah atau pun tangisan yang diberitakan oleh media Jepang. Sebaliknya, media-media Jepang menayangkan berita yang memberikan harapan dan semangat bagi para korban.

Namun dewasa ini, tren bad news is a good news mulai ditinggalkan oleh berbagai media. Berita-berita negatif sudah mulai hilang dan berita positif kembali diangkat.

Baca Juga: DPR Dorong Pemerintah Bangun Jaringan Gas Pulau Jawa dan Pemakaian Kompor Listrik

Menurut pendapat pengajar psikologi dan sains kognitif dari Universitas Sheffield yaitu Tom Stafford, alasan kenapa dari dulu berita berpusat pada hal-hal negatif disebabkan berhubungan dengan insting ketakutan manusia. Artinya, secara umum berita negatif lebih menarik perhatian.

Halaman:

Editor: Rustandi

Sumber: Instagram @faktamedia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x