JURNAL SOREANG - Aku bisa ingat dan merasakan di masaku ini, ke mana pun mama pergi, aku selalu dibawanya. Tawa, canda, menangkap capung dalam pangkuannya, ah… rasanya semua itu telah menghiasi hari-hariku dengan indah.
Keesokan harinya, pada pagi hari itu aku mulai pergi ke luar rumah tanpa diketahui siapa pun, berniat untuk mendekati rumah suci.
Ku duduk di bawah pohon ditemani terik matahari yang bercahaya kuning kemerahan. Pandanganku menerawang, seperti melihat akan tiba masanya seseorang lahir ke dunia ini dan hadir di lingkunganku.
Baca Juga: Salut! JK Rowling Melelang Novel Seri Perdana Harry Potter demi Keluarganya
Aku melihat kelak aku punya seorang adik perempuan yang wajahnya cantik jelita mirip seperti mama.
Sampai aku terlena di sini, terdengar suara mama memanggilku, tapi kali ini aku merasakan ada getaran yang berbeda dari mama, tak seperti biasanya. Aku merasa ke depannya mama mulai galak.
Rasa kekhawatiran akan hal ini terus menghantuiku. Jika ragu, maka aku harus sembahyang mengadukan semua permasalahan kepada-Nya.
Sesaat di sana, aku pergi ke taman memetik bunga matahari, bougenville, dan mawar merah yang ketiganya kupadukan menjadi satu. Kucium aromanya, lalu aku usap-usapkan ke semua tubuhku sebagai obat penenang kegundahan hati.