Dede menjelaskan, hal pertama yang dapat dilakukan saat terkena gas air mata adalah dengan menyiram area tersebut dengan air bersih yang mengalir, karena air ini dapat menurunkan konsentrasi senyawa CS dalam formulasi.
"Kedua, tutup hidung, mata, dan mulut dengan rapat dengan masker untuk meminimalisir terhirupnya gas tersebut," ujarnya.
Ketiga, segera ganti pakaian yang telah terkontaminasi dan jangan menyentuh atau menyentuh bagian tubuh.
"Keempat, segera menjauh dari area yang terkena gas air mata. Terakhir, cari bantuan medis, jika masih ada efek dari gas air mata 20 menit kemudian atau jika mengalami sesak napas, segera cari bantuan medis," kata Dede.
Sementara itu, terkait penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepak bola, Dede menilai pengamanan dengan penggunaan gas air mata merupakan pelanggaran kode etik keamanan FIFA.
Apalagi dampak gas air mata di stadion sangat ramai dan tidak kondusif, pihak berwenang harus bisa mengambil langkah pengamanan lainnya.
“Semoga kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua, agar sepak bola di Indonesia lebih baik lagi dan tidak ada kejadian serupa, karena pada hakekatnya hidup harus diprioritaskan di atas segalanya,” ujarnya.
Diketahui, kerusuhan terjadi usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu 1 Oktober malam.