JURNAL SOREANG - Robot Trading Fahrenheit kini tengah menjadi perbincangan publik, setelah membernya kehilangan uang sekitar 5 triliun.
Sosok Michael Howard sang Afiliator Robot Trading Fahrenheit pun kini tengah menjadi sorotan.
Terlebih Michael Howard sangat gencar sekali mempromosikan Fahrenheit dalam akun media sosialnya.
Baca Juga: Ma'soem University Jalin Kerjasama dengan Pemkab Sumedang, Ini Bentuk Kerjasamanya
Dalam salah satu video yang dibagikan Michael Howard ia mengatakan bahwa sebelumnya ia mengalami kesulitan keuangan, dan sulit mendapat pekerjaan.
Namun baru saja bergabung bersama Robot Trading Fahrenheit selama 3 bulan, ia sudah berhasil membeli mobil Porsche bekas.
Kisaran harga mobil ini adalah 800 juta sampai 1 milyar rupiah, fantastis bukan, dalam waktu 3 bulan bisa mendapat profit sebanyak itu.
Dalam video berbeda Hendry Susanto pernah menyatakan bahwa keuntungan Robot Trading Fahrenheit ini selama 3 bulan sudah 1,2 triliun.
Baca Juga: Miris! Moto Robot Trading Fahrenheit Hanya Omong Kosong, Duduk Diam Dapet Duit Dollar
Namun masyarakat jangan tertipu oleh kata-kata kedua orang ini, karena kini terbukti 12.000 membernya mengalamai kerugian sampai 5 tirilun rupiah.
Lantas siapaka sosok Michael Howard ini ?
Michael Howard adalah seorang pria yang lahir pada 3 Juli 1980 silam.
Pada usia 10 tahun, Michael Howard dibawa oleh sang ibu ke Amerika Serikat.
Lantas ia dirawat oleh saudaranya dan dititipkan ke teman dari ibunya.
Merasa tidak mendapatkan kasih sayang oleh orang tuanya, Michael Howard kemudian terjun ke dalam sebuah geng besar di Amerika Serikat.
Ia mengaku pernah terlibat dalam jual beli narkoba, jual beli senjata hingga melukai orang lain.
Dalam kehidupan kelamnya di Amerika Serikat, ia sempat mendekam di penjara banyak 3 kali.
Karena perbuatannya, Michael Howard dideportasi oleh pemerintah Amerika Serikat pada tahun 2014 silam.
Setelah kembali ke Indonesia, Michael Howard menjalan profesi barunya sebagai seorang motivator.
Ia sering diundang di berbagai acara dan menceritakan kisah kelamnya ketika masih menjadi seorang anggota gangster di Amerika Serikat.***