BP2MI Sosialisasi Perlindungan Pekerja Migran di Ciparay, Kesempatan Kerja di Luar Negeri Terbuka Lebar

21 Maret 2023, 18:11 WIB
Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menyelenggarakan sosialisasi penempatan dan perlindungan pekerja migran Indonesia di GOR Desa Gunungleutik, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Selasa 21 Maret 2023. /Istimewa /

JURNAL SOREANG- Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menyelenggarakan sosialisasi penempatan dan perlindungan pekerja migran Indonesia di GOR Desa Gunungleutik, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Selasa 21 Maret 2023.

Sebagai narasumber mewakili Kepala BP2MI Benny Rhamdani, Kepala Biro Hukum dan Humas Hadi Wahyuningrum, S.H., M.M., Direktur Penempatan Kawasan Amerika dan Pasifik Mocharom Ashadi, S.Ag.

Selain itu, Kepala BP3MI Jawa Barat Kombes Pol Mulia Nugraha, Ketua Yayasan Cahaya Global Leonita Kusumaningrum, S.Pd.K., Camat Ciparay, Kepala Desa Gunungleutik, dll.

 

Tujuan acara sosialisasi tersebut, kata Kepala Biro Hukum dan Humas Hadi Wahyuningrum, S.H., M.M., dalam rangka memberikan pembekalan masyarakat yang memiliki minat bekerja di luar negeri terutama tentang tata cara dan mekanisme pelindungan pekerja migran oleh BP2MI.

Ia memaparkan peluang bekerja ke Jerman dan Jepang dalam program Goverment to Goverment (G to G) bagi calon Pekerja Migran Indonesia (PMI) perawat.

Apalagi Kabupaten Bandung salah satu provinsi kantong penempatan PMI. Banyak peluang kerja ke luar negeri yang bisa dimanfaatkan, berangkatlah secara prosedural.

"Menjadi PMI adalah salah satu solusi mengatasi pengangguran. Sepanjang tahun 2022 tercatat penempatan PMI sebanyak 200.761 orang, sedangkan tahun 2023 ini ditargetkan penempatan sebanyak 279.700 orang," jelas Wahyuningrum.

Baca Juga: Polresta Bandara Soetta Ungkap Kasus Pemerasan Calon Pekerja Migran: Tersangka Pura-Pura Jadi Polisi

Lebih lanjut disampaikan bahwa untuk menjadi seorang PMI dibutuhkan kesiapan mental dalam diri sebelum bekerja ke luar negeri serta berangkat secara prosedural atau legal agar berada dalam radar perlindungan negara.

Sementara Direktur Penempatan Kawasan Amerika Dan Pasifik Mocharom Ashadi, S.Ag., mengungkapkan bahwa pemerintah sekarang ini sangat menghargai PMI sebagai pahlawan devisa.

Oleh karenanya keberangkatan PMI yang dilakukan secara formal ke luar negeri sekarang ini sudah terbiasa diantarkan oleh para menteri atau pejabat.

 "Bahkan, akhir tahun lalu Presiden Joko Widodo pernah melepas keberangkatan para pekerja migran ini karena presiden sangat memahami arti penting para pekerja migran bagi negara," ungkap Mucharom.

Ketua Yayasan Kusuma Cahaya Global Leonita Kusumaningrum, S.Pd.K., mengungkapkan bahwa sebagai penyelenggara ia sangat berterimakasih kepada BP2MI yang telah melaksanakan sosialisasi di Desa Gunungleutik, Ciparay, ini.

"Warga desa ini ada sekitar 11.000 jiwa, dimana sebagian memerlukan adanya peluang dan kesempatan bekerja di luar negeri, untuk lebih meningkatkan kesejahteraan keluarganya," ungkap wanita yang biasa disapa Leoni ini.

Baca Juga: Gelar Sosialisasi Pekerja Migran Keluar Negeri, BP2MI: Putus Mata Rantai Sindikat Calo di kalangan masyarakat

Secara pribadi Leoni mengungkapkan bahwa program yang diberikan oleh Kepala BP2MI Benny Rhamdani ini sangat membantu warga Desa Gunungleutik.

"Secara pribadi saya berterima kasih sekali kepada Pak Benny Rhamdani, selaku tokoh nasional yang berasal dari Ciparay ini," ungkap wanita yang sudah 20 tahun mendidik anak-anak yang berkebutuhan khusus ini.

Penasehat Yayasan Kusuma Cahaya Global Dwi Subawanto menambahkan bahwa yayasannya sejak dua bulan lalu membuka program pekerja migran.

"Sejak dua bulan lalu kita juga membuka program untuk pekerja migran. Sebelumnya yayasan ini hanya memberikan pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus," ujarnya.

 Dia mengatakan, ruang lingkup pelatihan masih terbatas untuk dua desa yakni Gunungleutik dan Bumiwangi, Ciparay. 

"Yayasan ini bekerja secara terprogram dan ingin menjadi katalis antara kebutuhan masyarakat dan fasilitas yang disediakan oleh negara. "Kita ingin jadi katalis sehingga perlindungan, proteksi negara itu ada. Yang selama ini seolah negara alfa," ujarnya.

Di Yayasan Kusuma Cahaya Global kata Dwi, peserta pelatihan tidak hanya diajarkan bahasa asing tapi juga budayanya.

"Yang sekarang berjalan baru dua bulan, dan mereka akan menyelesaikan pendidikannya empat bulan lagi sesuai dengan yang diminta BP2MI, selama enam bulan," tandanya.***

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler