Praktik Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di TK Cikal Cahaya, Bogor, Berikut Bentuknya

- 4 Juni 2023, 07:05 WIB
Ilustrasi Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini disambut antusias oleh berbagai jenjang pendidikan termasuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Ilustrasi Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini disambut antusias oleh berbagai jenjang pendidikan termasuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). /Kemendikbud ristek /

Kepala Sekolah TK Cikal Cahaya, Riyanti Vitriyana mengaku senang menerapkan Kurikulum Merdeka. Menurutnya, esensi kurikulum tersebut sudah sejalan dengan kurikulum yang diterapkan di sekolahnya.

“Dengan adanya Kurikulum Merdeka, kami merasa senang karena konsep pembelajaran yang kami terapkan sejak sekolah ini berdiri, ada payung hukumnya,” ucap kepala sekolah yang sudah mengabdi sejak tujuh tahun lalu di sekolah ini.

Riyanti mengisahkan bahwa dalam memetakan karakteristik peserta didik, sekolah melihat minat, bakat, maupun keunikan calon peserta didik melalui proses asesmen.

“Proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan pemerintah, tema dan target pembelajarannya juga sama, yang berbeda adalah kami ciptakan suasana yang menyenangkan dalam prosesnya,” urainya menjelaskan praktik pembelajaran berdiferensiasi.

 

“Saya melihat bagaimana karakter anak dan menganalisis kebutuhan mereka untuk mengembangkan potensinya. Misalnya untuk anak kinestetis, kebutuhan mereka bergerak sangat tinggi. Maka kami sediakan waktu untuk mereka bergerak. Kami buat kesepakatan berapa hitungan mereka mau bermain misalnya 10 hitungan. Setelah selesai, mereka kembali duduk tertib untuk belajar,” tutur Riyanti yang mengutamakan kebahagiaan anak dalam proses belajar.

Berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan TK Cikal Cahaya, guru menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam pelajaran sains misalnya, anak yang memiliki bakat seni diberi kebebasan untuk mencampur warna.

Lalu bagi anak yang berbakat secara kinestetis akan diajak untuk memahami konsep pembelajaran melalui gerak tubuh yang melibatkan anak didik.

“Saat belajar seni, kami berikan mereka media kosong, untuk mereka gambar sesuai dengan imajinasi mereka masing-masing. Misalnya guru mengarahkan anak-anak untuk menggambar kendaraan, kemudian anak-anak bebas menggambar kendaraan yang disukainya,” jelasnya seraya tetap menyisipkan muatan literasi dan numerasi. Tidak hanya kertas, Riyanti juga mengenalkan peserta didiknya dengan bahan lain seperti plastisin, kardus, dan lainnya yang aman bagi anak.***

Halaman:

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbudristek


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x