Boleh Dicoba! Punya Toko Buku? 3 Langkah Jitu agar Toko Buku Tetap Eksis

9 Juni 2023, 08:28 WIB
Ilustrasi toko buku yang nyaman, Punya Toko Buku? 3 Langkah Jitu agar Toko Buku Tetap Eksis /Unsplash

JURNAL SOREANG - Toko buku terkemuka seperti Gunung Agung, Togamas, dan lain sebagainya dikabarkan gulung tikar baru-baru ini. Hal tersebut dapat menjadi penyebab para pemilik toko buku was-was terhadap bisnisnya.

Indrawan Nugroho, seorang Corporate Innovation Consultant, yang juga YouTuber dalam bidang bisnis, menjelaskan strategi jitu agar toko buku tetap eksis melalui kanal YouTube-nya.

Lantas bagaimana langkah yang tepat agar toko buku tetap bertahan dan terus bertumbuh? Tim Jurnal Soreang telah merangkumnya sebagai berikut ini.

Baca Juga: Perhatikan! 6 Faktor Penyebab Toko Buku Gulung Tikar, Salah Satunya Ancaman E-book

1. Mengubah toko buku menjadi ruang komunitas

Indrawan menjelaskan, bahwa toko buku tidak sekadar menjadi tempat jual beli buku, melainkan dapat menghadirkan kegiatan seperti forum diskusi, temu penulis, peluncuran buku, kelas penulisan, dan bahkan baca puisi.

Wien Muldian, CEO Indonesian Writers Inc. berkata, “Toko buku bisa bertahan kalau dia juga menyediakan kafe atau aktivitas seperti membaca bersama-sama. Kalau hanya menjual buku dan tidak ada aktivitas yang mengikat pembeli, dia enggak bisa hidup.”

Di samping banyak toko buku di Indonesia yang gulung tikar, Wien menjelaskan, bahwa di dunia justru banyak juga toko buku yang baru buka, karena membaca buku cetak kembali menjadi tren.

Hanya saja, kalau tidak ada tempat yang nyaman, mereka tetap membeli buku cetak secara daring.

Baca Juga: PPDB Jawa Timur 2023 Tingkat SMA dan SMK Segera Dibuka, Kenali Semua Jalur dan Jadwal Pelaksanaannya

Menurut Indrawan, tren tersebut juga berkembang di Indonesia, yakni salah satunya dikembangkan oleh Patjar Merah yang baru membuka toko buku fisik di Jakarta. Padahal sebelumnya hanya menyelenggarakan bazar buku saja.

Begitu juga yang dilakukan Toko Buku Akik di Yogyakarta, yang sukses menjadikan toko buku sebagai tempat pertemuan pekerja seni, seperti seniman, penulis, dan lainnya.

Bahkan Buku Akik menjadi toko buku dengan pengikut terbanyak di Instagram, sebanyak lebih dari 381 ribu pengikut. Lebih banyak 109 ribu pengikut dibandingkan dengan Gramedia.

Gramedia pun turut menerapkan strategi ini, dengan menghadirkan kafe sebagai ruang para pelanggannya untuk tidak sekadar membeli buku.

Baca Juga: Polisi Bongkar Modus Penipuan Lowongan Kerja Secara Daring Dan Berhasil Meringkus 2 Orang Tersangka

2. Memaksimalkan teknologi digital

Indrawan berkata, “Pasca pandemi, pembeli lebih suka membeli buku secara daring.”

Berdasarkan data penjualan Gramedia, penjualan buku daring meningkat sebesar 260% di tahun 2021. Begitu juga peningkatan terjadi terhadap nilai penjualan yang mencapai 226%.

Adapun penjualan buku digital, meningkat sebesar 20% di tahun yang sama.

Indrawan menjelaskan, bahwa mayoritas penerbit saat ini, sudah melakukan transformasi digital.

Baca Juga: Rumor!! Andy Muschoetti Sturadara The Flash Akan Diboyong Ke DC Universe Milik James Gunn

“Setidaknya, 76% di antaranya sudah menjual buku melalui marketplace atau situs web-nya sendiri,” ujar Indrawan.

Hanya saja, Indrawan pun mengakui, bahwa sebagian toko buku masih belum memanfaatkannya secara maksimal.

3. Menjadikan penjualan buku sebagai industri konten

Indrawan menyadur perkataan Laura Bangun Prinsloo, Ketua Yayasan 17.000 Pulau Imaji, bahwasanya buku adalah konten kreatif.

Hal tersebut menjadikan buku dapat menjadi konten audio dan visual. Seperti audiobook hingga menjadi film.

Baca Juga: Saling Lapor! Pencemaran Nama Baik! Kades Panjalu Laporkan Asep Depo ke Polres Ciamis

Sastrawan Martin Suryajaya, mengungkapkan bahwa inti bisnis perbukuan bukanlah buku, melainkan konten. Sehingga para penerbit tidak perlu defensif terhadap perkembangan teknologi digital.

Tambahan

“Namun di luar itu semua, nasib toko buku tetap saja ditentukan oleh kondisi ekosistem perbukuan. Karena ketika kita berbicara tentang dunia perbukuan, sesungguhnya kita tidak hanya sekadar membahas soal toko buku, kita juga berbicara tentang para pemangku kepentingan yang lebih luas, yaitu para pekerja perbukuan,” ujar Indrawan.

Para pekerja perbukuan yang dimaksud Indrawan adalah penulis, penerjemah, penyunting, komikus, ilustrator, desainer visual, toko buku, dan pembaca.

“Ekosistem perbukuan di Indonesia sebetulnya bisa lebih sehat, kalau pembajakan buku bisa dihentikan,” kata Indrawan.

Baca Juga: Apa Itu Nilai ASPD yang Dikaitkan dengan PPDB DIY 2023? Siswa SD dan SMP Jogja Wajib Tahu!

Indrawan juga mengatakan, selain penindakan tegas bagi pembajak, para pembaca pun harus berhenti bersikap permisif terhadap pembajakan. Hal tersebut akan menjadi faktor peningkatan penjualan juga bagi toko buku.***

Editor: Rustandi

Sumber: YouTube Indrawan Nugroho

Tags

Terkini

Terpopuler