Sejarah Saung Angklung Udjo yang Terancam Gulung Tikar karena Pandemi Covid-19

- 20 September 2021, 20:06 WIB
Salah satu tempat wisata Saung Angklung Udjo sudah diperbolehkan beroperasi
Salah satu tempat wisata Saung Angklung Udjo sudah diperbolehkan beroperasi /Instagram/@angklungudjo

JURNAL SOREANG - Saung Angklung Udjo sudah terkenal tidak hanya di Indonesia,  tapi seluruh dunia. Para wisatawan mancanegara datang berduyun-duyun ke Saung Angklung Udjo di Padasuka, Kota Bandung, Jawa Barat.

Selain itu, Saung Angklung Udjo banyak diundang untuk tampil di berbagai negara.

"Kalau disebutkan satu per satu negaranya tidak mungkin karena banyak sekali. Pokoknya, hanya Kutub Utara dan Kutub Selatan yang belum dikunjungi tim Saung Angklung Udjo," kata Sam Udjo dikutip dari kanal YouTube Helmy Yahya Bicara, Senin, 20 September 2021.

Baca Juga: Prihatin, Saung Angklung Udjo Akan Jual Tanah agar Bisa Bertahan

Ketika ditanya soal sejarah Saung Angklung Udjo, Sam Udjo menjelaskan, secara de facto atau kenyataan di lapangan, Saung Angklung Udjo berdiri pada tahun 1965.

Namun, secara de jure atau secara hukum berdiri pada tahun 1973. Ketika itu, Udjo Ngalagena dan Sam Udjo menghadap ke notaris untuk membuat akta Yayasan Saung Angklung.

Ditambahkan, sebelum mendirikan Saung Angklung pada tahun 1965, Udjo Ngalagena bertemu dengan Daeng Soetigna, pencipta angklung bernada Diatonis atau angklung tujuh nada (do-re-mi-fa-so-la-si-do) di Kota Bandung pada tahun 1955.

Baca Juga: Terdampak Pandemi Covid 19, Saung Angklung Udjo akan Tutup Permanen?

"Keduanya sama-sama guru kesenian di sebuah sekolah di Kota Bandung," ucap Sam Udjo.

Karena Udjo Ngalagena mahir bermain kecapi dan gamelan yang dipelajari dari Mang Koko (kecapi) dan Raden Machjar Angga Koesoemadinata (gamelan), sehingga Udjo Ngalagena menciptakan angklung bernada Pentatonis (lima nada).

Pentatonis terdiri dari Pelog (do-mi-fa-sol-si) dan Slendro (do-re-mi-sol-la).

"Pada tahun 1955 saat Konferensi Asia Afrika (KAA), pak Daeng seharusnya jadi Konduktor pertunjukan angklung tapi beliau harus pergi ke Australia. Jadinya, bapak saya (Udjo Ngalagena) yang menggantikannya," tutur Sam Udjo.

Baca Juga: Angklung Harus Diselamatkan, dari Bahan Bambu sampai Nasib Saung Angklung Udjo

Ia menuturkan Saung Angklung Udjo sempat mencicipi masa kejayaan. Kunjungan wisatawan ke Saung Angklung Udjo tidak kurang dari 300 orang setiap harinya.

Bahkan, saking banyaknya kunjungan wisatawan dari mancanegara, pihaknya membagi jadwal pertunjukan sebanyak tiga kali sesi dalam sehari, yakni jam 10.00, 13.00, dan 15.30.

Namun, masa kejayaan Saung Angklung Udjo redup oleh pandemi Covid-19. Sejak Maret 2020, tidak ada kunjungan wisatawan sama sekali.

Baca Juga: Saung Angklung Udjo Terancam Bangkrut dan Tutup, Ini Reaksi Melly Goeslaw dan Armand Maulana

Imbasnya, pendapat pun menurun drastis. Saung Angklung Udjo memiliki karyawan tetap sebanyak 120 orang terpaksa merumahkan mereka.

Sementara, para pelaku pementasan yang jumlahnya bisa mencapai ratusan orang, sebagian besar para pelajar, tidak ada pekerjaan selama hampir 1,5 tahun.

Kini, nasib Saung Angklung Udjo terancan gulung tikar. Untuk menyelamatkannya, manajemen berencana menjual tanah seluas 2.200 meter persegi yang berlokasi di sekitar Saung Angklung Udjo di Padasuka, Kota Bandung, Jabar.

Baca Juga: Serba-serbi Wisata Edukasi Saung Angklung Udjo Bandung

"Lahan tersebut kami dibeli dengan harga Rp12 miliar. Kini, akan dijual dengan harga Rp16 miliar," ucap Sam Udjo.***

Editor: Sarnapi

Sumber: YouTube Helmy Yahya Bicara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x