Ini Cerita Jan Ruff, Jugun Ianfu Belanda yang Sempat Tinggal di Indonesia

- 25 Agustus 2023, 18:18 WIB
Ilustrasi Jugun Ianfu
Ilustrasi Jugun Ianfu /Wikipedia

JURNAL SOREANG - Jugun Ianfu merupakan sebutan untuk perempuan yang dipaksa menjadi budak seks Jepang di masa penjajahan Jepang. Tak hanya di Indonesia, perempuan dari negara China dan Korea juga menjadi korban Jugun Ianfu selain dari beberapa negara lainnya. Dari sekian banyak Jugun Ianfu yang pernah melayani tentara dan orang penting Jepang, ada satu wanita Belanda yang saat itu tinggal di Indonesia mau membagikan ceritanya sebelum menghembuskan nafas terakhir pada 2019. Dia adalah Jan Ruff. Seperti apa ceritanya?

Dikutip Jurnal Soreang dari cuitan akun Twitter X yang diposting pada 21 Agustus 2023, Jan Ruff yang bernama asli Jeanne Alida O'Herne ini lahir di Bandung, 18 Januari 1923. Ia merupakan wanita Belanda yang lahir dan tinggal di Indonesia. Masa kecilnya bahagia dan dibesarkan dalam keluarga Katolik yang harmonis. Karena itulah Jeanne bercita-cita menjadi biarawati.

Cita-cita itu sirna setelah Jepang menyerang Indonesia pada 1942. Keluarga Jeanne termasuk orang Belanda yang menetap di Indonesia meski beberapa lainnya dievakuasi kembali ke tanah airnya. Setelah Jepang meraih kemenangan, Jepang melakukan sejumlah kebijakan untuk menyokong negeri Matahari Terbit dalam Perang di Pasifik dan Asia. Beberapa diantara menerapkan sistem kerja paksa dan mendirikan beberapa kamp konsentrasi.

Baca Juga: Begini Rencana Laskar Wong Kito Agar Kembali ke Liga 1 Musim 2024/25

Jeanne, ibunya, dan saudarinya dikirim ke kamp tawanan perang di Ambarawa, Jawa Tengah. Kehidupannya di kamp itu sangat sengsara. Makanan dibagi dengan jatah per orangnya sedikit dan kualitasnya buruk. Hari-harinya diisi dengan temannya di kamp yang menderita malaria, disentri, serta baris berbaris untuk absen di bawah terik matahari. Hingga Februari 1944. Pada baris berbaris kali ini, ada sedikit perbedaan. Pada baris berbaris kali ini diikuyi oleh perempuan yang berusia 17-21 tahun.

Meski Jan sudah punya firasat buruk tentang apa yang akan terjadi, namun ia tidak bisa berbuat banyak. Di bawah terik matahari, para tentara Jepang bolak-balik mengamati perempuan yang berbaris itu. Mereka melihat fisik perempuan yang berbaris seperti kakinya, wajahnya, tubuhnya, dan lainnya. Setelah mengamati, terpilih sepuluh perempuan yang akan dibawa tentara Jepang, termasuk Jan.

Firasat semakin buruk, Jan dan sembikan perempuan lainnya berkemas dengan tas kecil. Jan membawa buku doa, rosario, dan Injil yang nantinya disita oleh tentara Jepang saat sampai tujuan, yaitu sebuah rumah bordil di Semarang. Wajah mereka difoto untuk dipajangkan di luar. Kemudian, foto mereka diberi nama-nama dalam bahasa Jepang secara acak agar para tentara Jepang bisa memilih perempuan mana yang ingin dinikmatinya. Untuk namanya, mereka menggunakan nama-nama bunga.

Baca Juga: Cek 9 Kota dengan Polusi Udara Paling Tinggi di Indonesia, Nomor 1 Bukan Jakarta Ternyata!

Halaman:

Editor: Josa Tambunan

Sumber: Twitter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x