Network
JURNAL SOREANG - Guru Besar UI, Prof Sulistiyowati Irianto mengungkapkan analisanya terkait rumor Brigadir J melakukan pelecehan kepada Putri Candrawati.
Sebelumnya Putri Candrawati mengaku dilecehkan oleh Brigadir J di Duren Tiga, namun hal tersebut ternyata bohong.
Kemudian Putri Candrawati mengatakan bahwa kejadian sebenarnya pelecehan seksual di Magelang, dan ia dipaksa Ferdy Sambo untuk mengubah lokasi pelecehan di Jakarta.
Kemudian Putri Candrawati memberikan kesaksian yang berbeda lagi yang mana pelecehan seksual berubah menjadi kekerasan seksual.
Padahal kedua hal tersebut adalah berbeda, pelecehan seksual dan kekerasan seksual.
Sementara menurut Guru Besar UI, Prof Sulistiyowati Irianto tidak mungkin Putri Candrawati dilecehkan ajudannya.
Karena pelecehan seksual itu terjadi jika yang melakukan pelecehan seksual atau pelaku status sosialnya atau kekuasaan lebih tinggi daripada korban.
Sementara dalam kasus Putri Candrawati dan Brigadir J, korban lebih tinggi status sosial dan kekuasaan dibanding pelaku.
Yang kedua dalam hirearki kepolisian, ada rasa hormat yang tinggi dari bawahan kepada atasan.
Jadi Guru Besar UI, Prof Sulistiyowati Irianto menilai, tidak mungkin Brigadir J melakukan hal tersebut.
Baca Juga: Prediksi Liga Champions PSG vs Juventus, Jadwal, Kabar Tim, Head to Head dan Susunan Pemain
Terlebih saat itu di Magelang, ada pembantu dan sopir Putri Candrawati.
Kamaruddin Simanjuntak mengatakan bahwa penahanan Putri Candrawati harus segera dilakukan, karena ia selalu memberikan keterangan yang berbeda-beda.
Sementara Reza Indragiri selaku pakar forensik mengungkap bahwa peran Putri Candrawati sebagai korban pelecehan seksual sangat kampungan.
Dimana seharusnya korban pelecehan seksual tidak mau ditampilkan ke publik wajahnya.
Namun Putri Candrawati tampil didepan publik bahkan menyebutkan namanya.
Yang kedua saat proses rekonstruksi, Putri Candrawati tidak terlihat seperti korban pelecehan seksual, ia tampil sehat dan melakukan setiap adegan dengan biasa saja, seperti tak ada trauma.***
