Kritik Potongan Gaji untuk Tapera, Yenny Wahid: Pengusaha Aja Nolak, Apalagi Karyawan!

- 31 Mei 2024, 15:40 WIB
Yenny Wahid kritik kebijakan Tapera yang memotong gaji pekerja 3%. Potongan ini membuat pekerja harus menunggu 285 tahun untuk membeli rumah seharga Rp600 juta._
Yenny Wahid kritik kebijakan Tapera yang memotong gaji pekerja 3%. Potongan ini membuat pekerja harus menunggu 285 tahun untuk membeli rumah seharga Rp600 juta._ /Tapera

JURNAL SOREANG - Dapat pekerjaan sekarang seperti menemukan jarum di tumpukan jerami. Giliran sudah dapat kerja, pas gajian malah ada potongan yang di luar nurul. Transparansi anggaran? Lupakan saja, itu cuma angan-angan. Nasib, nasib... Ga habis fikri, kata Yenny Wahid, Direktur The Wahid Institute.

Yenny Wahid, yang juga putri kedua Presiden Ke-5 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, menyoroti kebijakan pemerintah yang benar-benar jenius: potongan gaji pekerja sebanyak 3% untuk iuran Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). "Pengusaha aja nolak, apalagi karyawan," ucap Yenny dengan nada satir yang tegas dalam unggahannya di Instagram pada Rabu, 27 Mei 2024 lalu.

Tapera: Solusi atau Ilusi?

Mari kita bicara soal Tapera, program yang diharapkan bisa membantu masyarakat memiliki rumah. Tapi, sayangnya, realitasnya lebih kejam dari itu. Potongan 3% dari gaji pekerja, baik PNS maupun swasta, menjadi bahan perbincangan hangat. Kebijakan ini tentu mendapat kritik dari berbagai pihak, termasuk dari Yenny Wahid yang sampai membuat simulasi.

Baca Juga: Long Weekend Masih Berlanjut! Bersiap Libur Panjang Bulan Juni 2024, Ini Daftar Tanggalnya, Mulai Pekan Depan?

Bayangkan saja, pekerja dengan gaji Rp7 juta per bulan butuh 285 tahun untuk bisa membeli rumah seharga Rp600 juta. Sungguh skenario yang mustahil, seperti mengharapkan gajah bisa terbang. Tidak heran kebijakan ini menjadi bahan tertawaan dan kekecewaan di kalangan pekerja.

Gaji Terpotong, Harapan Pun Hancur

Potongan iuran Tapera ditetapkan sebesar 3% dari gaji atau upah peserta. Untuk peserta pekerja, iuran ini dibagi bersama pemberi kerja sebesar 0,5% dan pekerja sebesar 2,5%. Namun, untuk pekerja mandiri, seluruh simpanan ditanggung oleh pekerja itu sendiri. Rasanya seperti disuruh membangun rumah dari pasir di pantai, selalu runtuh setiap kali ombak datang.

Transparansi pengelolaan anggaran pun tidak jelas. Pekerja hanya bisa berharap potongan ini benar-benar digunakan untuk kepentingan mereka. Tetapi, dengan segala ketidakpastian yang ada, harapan itu semakin pudar.

Halaman:

Editor: Handri

Sumber: Instagram


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah