Baca Juga: Ramai Bantuan Pro-Palestina di Media Sosial, Dubes Palestina Tak Pernah Menerimanya?
Sekalipun banyak penelitian menunjukkan bahwa budaya Indonesia rendah, itu hanya persoalan ketersebaran buku yang belum merata ke berbagai pelosok daerah.
Bisa dibayangkan, satu buku ditunggu 90 oleh orang untuk dibaca.
“Indonesia hanya kekurangan buku. Merujuk ketentuan UNESCO, Indonesia masih kekurangan 500 juta buku yang harus didistribusi,” ujar Syarif.
Baca Juga: Lirik Lagu Rick Astley - Never Gonna Give You Up, Lengkap Bersama Terjemahan Indonesia
Oleh karena itu, tahun ini Perpusnas makin gencar meminta para pelaku di sisi hulu untuk menulis.
Para pakar, dosen, guru bisa menulis buku sebanyak mungkin untuk disebarluaskan ke seluruh negeri.
Hilir dari proses literasi ini adalah penciptaan barang dan jasa baru. Ia menekankan bahwa Indonesia harus menjadi negara produsen, bukan hanya pemakai.
Syarif juga mengajak semua masyarakat yang mengalami imbas pandemi, dimana mereka kehilangan lapangan pekerjaan.