Baca Juga: Tes kepribadian: Bagaimana Mengepalkan Tangan Akan Mengungkapkan Banyak Tentang Kepribadian Anda
"Jika kita ingin jadikan bentuknya superlative, lebih meningkat lagi, lebih membakar lagi maka tambahkan Alif dan Nun di ujungnya, maka masyarakat menyebutnya dengan Ramadhan, bulan, masa, waktu yang sangat terik membakar yang sangat panas membakar," papar Ustadz Adi Hidayat.
Di masa Islam, nama-nama bulan ini mesti dipertahankan dalam perjalanan di tahun Hijriah, mulai dari Al Muharram atau Muharram sampai dengan bulan Dzulhijah, dari bulan pertama sampai dengan bulan kedua belas.
Menariknya pada bulan Sya'ban sampai dengan Ramadhan, ada pergantian serta pelebaran dari makna.
Dulu maknanya lebih menunjukkan kepada suasana, iklim, dan cuaca yang panas membakar, dan terik luar biasa.
Baca Juga: Wow! Jalan Tol Menuju IKN Rampung Akhir 2024, Berikut Perkembangan Terkini Pembangunannya
Ustadz Adi Hidayat memaparkan secara metafora makna itu dibawa dalam nilai-nilai syariat, nilai pendidikan spiritual.
Orang-orang pada saat bulan Ramadhan akan berlomba-lomba meningkatkan amalnya, membangun ketaatan, meninggalkan maksiat, dan bertaubat kepada Allah SWT.