"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong. Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai keakar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam." (al-An'âm: 44-45)
Allah memberikan istidraj kepada manusia dengan banyak bentuk. Misalnya harta yang melimpah, tidak pernah mendapat musibah, menganggap mulia diri sendiri dan merendahkan orang lain, dan semakin tenggelam dalam kemaksiatan.
Para sahabat, tabiin, dan para ulama yang hidup di zaman dahulu menyadari adanya kemungkinan istidraj, sehingga mereka pun menjadi orang-orang yang sangat khawatir jika apa yang diberikan Allah itu hanyalah istidraj.
Baca Juga: Mau Diberi Kemudahan dalam Urusan Rezeki? Kerjakan Amalan ini Menurut Shekh Ali Jaber
Ketika ada rezeki berupa harta dunia yang menghampiri, mereka justru merasakan ketakutan. Sebab, khawatir itu hanyalah istidraj.
Itulah mengapa para ulama berpendapat wajib untuk menerima (qana'ah) atas pemberian Allah, bersyukur kepada-Nya, dan tidak tertipu oleh banyaknya jumlah rezeki yang diperoleh. ***