Mendengar ucapan anaknya, tubuh Sariq seketika bergetar. la sadar bahwa ia telah melakukan hal yang salah. Lantas ia bertobat kepada Allah SWT dan berjanji tidak akan mencuri lagi.
Kisah yang Kedua : Pemakan buah apel yang harus dihukum harus menikahi putrinya yang buta, tuli, bisu dan lumpuh.
Kisah Tsabit pemuda yang jujur. Tsabit sedang duduk dipinggi sungai dalam kondisi yang lapar. Tiba-tiba, sebuah apel datang depanya terbawa arus sungai, Tsabit pun memungut apel tersebut. Ia berpikir rezeki yang datang tanpa diduga di saat yang tepat.
Tanpa pikir panjang, ia pun memakannya, mengisi perutnya yang keroncongan. Baru segigit menikmati apel merah nan manis itu, Tsabit tersentak. Milik siapa apel ini? bisiknya dalam hati, dan memutuskan untuk mencari dimana pemilik apel tersebut.
Cukup jauh Tsabit menyusuri aliran sungai hingga ia melihat sebuah kebun apel. Beberapa pohon apel tumbuh subur di samping sungai. Rantingnya menjalar dekat sungai. Tak mengherankan jika buahnya sering kali jatuh ke sungai dan hanyut terbawa arus air.
Tsabit pun segera mencari pemilik kebun. Ia mendapati seseorang tengah menjaga kebun apel tersebut. Tsabit menghampirinya. Setelah ditanya ternyata bukan pemilik kebun apel tersebut.
Lalu, penjaga kebun itu pun berkata, “Rumahnya (pemilik kebun apel) cukup jauh, sekitar lima mil dari sini.” Walau harus menempuh jarak sekitar delapan kilometer, Tsabit tak putus asa untuk mencari keridaan pemilik apel.
Akhirnya, ia sampai di sebuah rumah dengan perasaan gelisah, apakah si pemilik kebun akan memaafkannya. Tsabit merasa takut sang pemilik tak meridai apelnya yang telah jatuh ke sungai digigit olehnya.