JURNAL SOREANG - Apakah suara wanita itu aurat? Kalau ya, bagaimana solusi bagi wanita yang profesinya sebagai dosen, guru, penyiar, dan lainnya yang mengandalkan suara?
Sebagaimana dikutip JURNAL SOREANG dari buku Bedah Masalah kontemporer, Ustaz Aam menjelaskan dalam bukunya.
Ahnaf bin Qais r.a. berkata, “Aku pernah mendengar khotbah Abu Bakar, Usman, dan Ali r.a. serta para khalifah setelah mereka. Namun aku tidak pernah mendengar ucapan dari mulut satu makhluk pun yang terindah dan menarik selain dari mulut Aisyah r.a." (H.R. Tirmidzi)
Musa bin Thalhah r.a. berujar, "Aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih fasih bicaranya daripada Aisyah." (HR. Tirmidzi).
Muawiyyah berkomentar, "Demi Allah aku tidak menemukan seorang khatib pun yang kata-katanya lebih fasih dan lebih menggugah hati dari pada Aisyah r.a." (H.R. Tirmidzi).
Ketiga keterangan ini menjadi bukti bahwa Aisyah r.a. menjadi guru untuk para sahabat dan tentu saja para sahabat bisa berkomentar tentang keindahan tutur kata Aisyah r.a. karena mereka bisa mendengar nasihat-nasihatnya.
Seandainya suara wanita itu aurat, tidak mungkin Aisyah r.a. berani menyampaikan ceramah atau nasihatnya kepada para sahabat.
Untuk lebih jelas, mari kita simak ayat berikut. "Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepadamu tentang suaminya, dan mengadukan halnya kepada Allah. Dan Allah mendengar (dialog) antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Al Mujadilah 58: 1)