MUTIARA HIKMAH, Tiga Penyesalan Sahabat Nabi yang Selalu Shalat di Pojok Masjid

- 9 Oktober 2021, 07:20 WIB
Ilustrasi Suasana jelang shalat berjemaah. Shalat berjemaah bisa.mengantarkan ke surga.
Ilustrasi Suasana jelang shalat berjemaah. Shalat berjemaah bisa.mengantarkan ke surga. /Antara/

JURNAL SOREANG- Ada seorang sahabat Nabi bernama Sya’ban. Ia adalah seorang sahabat yang tidak menonjol dibandingkan sahabat Rasulullah  lainnya.

Ada suatu kebiasaan unik darinya yaitu setiap masuk masjid sebelum sholat berjamaah ia selalu beritikaf di pojok depan masjid.

Dia mengambil posisi di pojok bukan karena supaya mudah bersandaran atau tidur, dan tidak mau mengganggu orang lain dan tidak mau terganggu oleh orang lain dalam beribadah.

Baca Juga: Saat Pria Anshar Mendatangi Rasulullah, Mutiara Hikmah Hari Ini

Kebiasaan ini sudah dipahami oleh sahabat bahkan oleh Rasulullah bahwa Sya’ban selalu berada di posisi tersebut termasuk saat sholat berjamaah.

Suatu pagi saat sholat subuh berjamaah akan dimulai Rasulullah mendapati bahwa Sya’ban tidak berada di posisinya seperti biasa.

Nabi pun bertanya kepada jamaah yang hadir apakah ada yang melihat Sya’ban Namun tidak seorang pun jamaah yang melihat Sya’ban RA.

Baca Juga: Mutiara Hikmah, Belanja Tanpa Dihisab

Shalat subuh pun ditunda sejenak untuk menunggu kehadiran Sya’ban

Namun yang ditunggu belum juga datang. Khawatir shalat subuh kesiangan, Nabi memutuskan untuk segera melaksanakan shalat subuh berjamaah.

Selesai shalat subuh, Nabi bertanya apa ada yang mengetahui kabar dari Sya’ban?
Namun tak ada seorang pun yang menjawab.

Nabi bertanya lagi apa ada yang mengetahui di mana rumah Sya’ban?

Baca Juga: Mutiara Hikmah, Kisah Pohon yang Bisa Berjalan

Kali ini seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia mengetahui persis di mana rumah Sya’ban.Nabi yang khawatir terjadi sesuatu dengan Sya’ban meminta diantarkan ke rumahnya.

Perjalanan dengan jalan kaki cukup lama ditempuh oleh Nabi dan rombongan sebelum sampai ke rumah yang dimaksud.

Rombongan Nabi sampai ke sana saat waktu afdol untuk sholat dhuha (kira-kira 3 jam perjalanan).

Baca Juga: Siti Aisyah dan Unta yang Mogok, Mutiara Hikmah Hari Ini

Sampai di depan rumah tersebut Nabi Shalallahu alaihi wasallam mengucapkan salam.Dan keluarlah seorang wanita sambil membalas salam tersebut.

“Benarkah ini rumah Sya'ban ?” Nabi bertanya.

“benar ya Rasulullah, saya istrinya” jawab wanita tersebut.

“Bolehkah kami menemui Sya’ban, yang tadi tidak hadir saat sholat subuh di masjid ?”

Baca Juga: Mutiara Hikmah, Lima Hal yang Menipu Manusia

Dengan berlinangan air mata istri Sya’ban menjawab,“Beliau telah meninggal tadi pagi”.

Rasulullah dan para sahabatnya mengucapkan, "nnalilahi wainna ilaihi roji'un. Masya Allah, satu-satunya penyebab dia tidak sholat subuh berjamaah adalah karena ajal sudah menjemputnya”.

Beberapa saat kemudian istri Sya’ban bertanya kepada Rosul Shalallahu alaihi wasallam.

Baca Juga: Keutamaan Mata yang Menangis, Mutiara Hikmah Hari Ini

“Ya Rasulullah, ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia berteriak tiga kali dengan masing-masing teriakan disertai satu kalimat.

Kami semua tidak paham apa maksudnya."

“Apa saja kalimat yang diucapkannya ?” tanya Rasul

Di masing-masing teriakannya ia berucap kalimat,

“Aduh kenapa tidak lebih jauh..”

“Aduh kenapa tidak yang baru”

“Aduh kenapa tidak semua”.

Baca Juga: MUTIARA HIKMAH: Nabi Muhammad dan Salam Kaum Yahudi

Lalu Nabi menjelaskan dari perkataan yg keluar dari lisan Sya’ban sebelum sakaratul maut.

Nabi pun melantunkan ayat Al Qur'an yang terdapat dalam surat Qaaf 50 ayat 22 :

“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.“

Saat Sya’ban dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah SWT. Bukan cuma itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah.

Baca Juga: MUTIARA HIKMAH: 10 Sifat Jelek dan Lebih Jelek Bila Jatuh ke Orang Tertentu

Apa yang dilihat oleh Sya’ban (dan orang yang sakratul maut) tidak bisa disaksikan oleh yang lain.

Dalam pandangannya yang tajam itu Sya’ban melihat suatu adegan di mana kesehariannya dia pergi pulang ke masjid untuk sholat berjamaah lima waktu.

Perjalanan sekitar 3 jam jalan kaki sudah tentu bukanlah jarak yang dekat. Dalam tayangan itu pula Sya’ban RA diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah-langkahnya ke Masjid.

Baca Juga: MUTIARA HIKMAH: Membiasakan untuk Malu

Dia melihat seperti apa bentuk surga ganjarannya. Saat melihat itu dia berucap:

“Aduuh kenapa tidak lebih jauh..?”

Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih banyak dan sorga yang didapatkan lebih indah.

Dalam penggalan berikutnya Sya’ban melihat saat ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin. Saat ia membuka pintu berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang.

Baca Juga: MUTIARA HIKMAH: Allah Juga Punya Hak

Dia masuk kembali ke rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya.

Jadi dia memakai dua buah baju.Sya’ban sengaja memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang jelek (butut) di luar.Pikirnya jika kena debu, sudah tentu yang kena hanyalah baju yang luar.

Sampai di masjid dia bisa membuka baju luar dan sholat dengan baju yang lebih bagus. Dalam perjalanan ke masjid dia menemukan seseorang yang terbaring kedinginan dalam kondisi mengenaskan.

Sya’ban pun iba, lalu segera membuka baju yang paling luar dan dipakaikan kepada orang tersebut dan memapahnya untuk bersama-sama ke masjid melakukan sholat berjamaah.

Baca Juga: Empat Nilai Tak Dimengerti Maknanya Tanpa Adanya Empat Hal Lainnya, Mutiara Hikmah

Orang itu pun terselamatkan dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan sholat berjamaah.

Sya’ban pun kemudian melihat indahnya surga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut.

Kemudian dia berteriak lagi: “Aduuuh kenapa tidak yang baru...?”

Timbul lagi penyesalan di benak Sya’ban.Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala yang begitu besar.

Baca Juga: MUTIARA HIKMAH, Bekal 'Mudik' ke Akhirat

Sudah tentu ia akan mendapat yang lebih besar lagi seandainya ia memakaikan baju yang baru.

Berikutnya Sya’ban melihat lagi suatu adegan saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke segelas susu.

Ketika baru saja hendak memulai sarapan, muncullah pengemis didepan pintu yg meminta diberi sedikit roti karenan sudah lebih 3 hari perutnya tidak diisi makanan.

Melihat hal tersebut Sya’ban merasa iba. Ia kemudian membagi 2 roti sama besar, demikian pula segelas susu itu pun dibagi dua.

Baca Juga: MUTIARA HIKMAH; Terkabulnya Doa dan Makanan Halal

Kemudian mereka makan bersama-sama roti itu yang sebelumnya dicelupkan susu dengan porsi yg sama.

Allah kemudian memperlihatkan ganjaran dari perbuatan Sya’ban RA dengan surga yang indah.

Demi melihat itu diapun berteriak lagi: "Aduh kenapa tidak semua..?”

Sya’ban kembali menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut tentulah dia akan mendapat surga yang lebih indah.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Sirah Nabawiyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah