Ini Alasan Gorengan Terasa Lebih Gurih Bila Digoreng dengan Minyak yang Sudah Dipakai Berkali-kali

- 26 April 2021, 11:23 WIB
Ilustrasi gorengan yang ternyata lebih gurih bila digoreng dengan minyak yang dipakai berkali-kali.. /Unsplash/Joshua Hoehne
Ilustrasi gorengan yang ternyata lebih gurih bila digoreng dengan minyak yang dipakai berkali-kali.. /Unsplash/Joshua Hoehne /

JURNAL SOREANG - Sebagian orang termasuk para pakar kesehatan berpendapat hidangan digoreng termasuk tahu goreng, bakwan, tempe dan lainnya memang lebih terasa enak saat dimasak dengan minyak berkali-kali pakai.Apa alasannya? Mengapa ini buruk untuk kesehatan tubuh Anda?

"Karena dengan proses kimia yang terjadi, minya  akan menghasilkan taste yang lebih gurih," ujar dokter spesialis gizi klinik dari Perhimpunan Dokter Gizi Klinik (PDGKI) Cabang Banten, Juwalita Surapsari dalam webinar Hari Kesehatan Dunia bersama Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) dan Jelantah4Change, Minggu, 25 April 2021.

Hidangan yang cenderung lebih gurih didapatkan dari proses menggoreng menggunakan banyak minyak dengan warna yang kian menggelap, kental atau bahkan berbuih.

Baca Juga: Jalani Ramadhan Pertama Bersama Persib, Farshad Noor Jatuh Cinta Kepada Nasi Goreng

Kondisi ini terjadi akibat serangkaian proses, berhubungan dengan titik didih yang menurun dari 232 derajat Celcius menjadi 207 derajat Celcius.

Efeknya, ketika minyak dipakai kembali,  maka akan mudah terurai dan mengalami proses kimiawi panjang yang menghasilkan radikal bebas. Secara kimiawi, proses menggoreng memunculkan proses oksidasi, hidrolisis dan polimerasi asam lemak yang menghasilkan senyawa bersifat karsinogenik.

"Ada yang namanya acrolein, PAH (polycylic aromatic hydrcarbons) yang sifatnya karsinogenik atau membuat berisiko menyebabkan kanker. Waktu digoreng, minyak ini dalam suhu 170-220 derajat Celcius, maka yang pertama terjadi hidrolisis," kata Juwalita.

Baca Juga: Resep Cumi Goreng Tepung, Renyah dan Krispi Ala Resto Seafood

Hidrolisis merupakan pemecahan molekul trigliserida menjadi asam lemak bebas dengan gliserol dengan bantuan air dari makanan. Setelah itu terjadi proses oksidasi yang menghasilkan senyawa aldehid, PAH yakni radikal bebas serta berubahnya struktur asam lemak jenis cis menjadi trans fat.

Halaman:

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x