Soal Koreksi Waktu Shalat Subuh dan Isya, Ini Tanggapan Ketua Badan Hisab dan Rukyat

- 15 Maret 2021, 05:24 WIB
Ilustrasi shalat. Badan Hisab dan Rukyat Kota Bandung menanggapi soal waktu shalat subuh dan isya yang harus dikoreksi.*
Ilustrasi shalat. Badan Hisab dan Rukyat Kota Bandung menanggapi soal waktu shalat subuh dan isya yang harus dikoreksi.* /Pixabay/Farooq Hussain Shah

JURNAL SOREANG- Ketua Badan Hisab Rukyat (BHR) Kota Bandung, KH. Maftuh Khalil menyatakan, penelitian yang dilakukan Islamic Science Research Network (ISRN) dari UUniversitas Buya Hamka (Uhamka) Jakarta bukan hal baru sebab sebelumnya banyak penelitian serupa di negara-negara di Timur Tengah.

"Sudah banyak dilakukan penelitian yang sama. Cuma untuk melakukan koreksi waktu  shalat harus melibatkan semua unsur baik MUI, BHR, maupun ormas-ormas Islam  sehingga hasilnya diakui dan bisa dilaksanakan semua kalangan Muslimin," kata Kiai Maftuh saat dihubungi, Senin 15 Maret 2021.

Kiai Maftuh mengakui berdasarkan kajian ulama ahli astronomi sejak zaman dulu,
maka disepakati penentuan waktu shalat Subuh maupun shalat Isya ketika posisi
matahari minus 20 derajat di bawah ufuk.

Baca Juga: Banyak Kalangan Nilai Waktu Shalat Subuh dan Shalat Isya Harus Dikoreksi, Sambut Keputusan Muhammadiyah

"Masalahnya kalau menentukan shalat Zuhur, Asar,  atau Magrib relatif mudah karena penentuan waktu shalat berdasarkan perhitungan  matahari.
Sedangkan untuk shalat Isa maupun shalat Subuh kan matahari," ujarnya

Karena posisi matahari yang  tidak terlihat  sehingga alim ulama menyepakti perhitungannya termasuk oleh Majelis Agama Brunei Indonesi Malaysia dan Singapura (Mabims) yakni ketika posisi
matahari minus 20 derajat di bawah ufuk.

"Kesulitan penentuan waktu shalat juga diakibatkan dengan kondisi langit yang makin dipenuhi dengan polusi maupun awan sehingga tidak lah mudah menentukan waktu masuk untuk shalat Isya dan Subuh," katanya.

Baca Juga: Ada yang Salah dalam Shalat Kita Sehingga Tak Merasa Diawasi Allah dalam Keseharian

Kiai Maftuh sendiri  sering melakukan pengamatan waktu shalat maupun awal bulan Hijriyah saat mengunjungi pantai, namun memang tidak mudah sebab kondisi alamnya sudah berbeda jauh dibandingkan dulu.

" Secanggih apa pun alat yang dipakai kalau langit ditutupi awan takkan bisa menentukan hasil pengamatan," tuturnya.

Kiai Maftuh mengimbau agar warga masyarakat tetap memakai jadwal salat yang sudah dikeluarkan Kemenag maupun BHR dan sudah lama dipakai sambil menunggu apabila ada penelitian  lebih jauh soal penentuan waktu salat Isa dan Subuh ini.

Baca Juga: Sah, Muhammadiyah Putuskan Awal Waktu Subuh Mundur 8 Menit, Ini Pertimbangannya

"Kalau semua pemangku
kepentingan (stakeholder) yang menentukan waktu shalat ini sudah setuju, maka bisa saja waktu shalat perlu disesuaikan," katanya.

Diberitakan sebelumnya, Pengurus Pusat Muhammadiyah memutuskan untuk menambah awal waktu Subuh delapan menit sehingga azan Subuh mundur delapan menit dari biasanya.

Muhammadiyah memandang penentuan waktu terbitnya fajar merupakan persoalan yang sangat penting.

Baca Juga: Sudahkah Shalat Tahajud? Baca Doa Ini Ya Setelah Shalat Tahajud

"Hal tersebut lantaran berkaitan dengan empat jenis ibadah yang meliputi penentuan awal salat subuh, akhir salat witir, awal ibadah puasa, dan akhir wukuf di Arafah," kata Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, KH. Syamsul Anwar, dilansir dari laman Muhammadiyah.or.id,

Sedangkan hasil penelitian Islamic Science Research Network (ISRN) dari
Uhamka Jakarta yang menilai awal waktu Subuh terlalu cepat 28 menit, sedangkan
waktu shalat Isya terlambat 28 menit.***

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x