Hadapi Maraknya Ujaran Kebencian dan Hoaks Jelang Pemilu 2024, Ini Sikap yang Perlu Diambil Masyarakat

7 Januari 2024, 14:12 WIB
Ustaz Dede Supriatna, pensiunan dan alumni Takhasus Kulliyatul Muballighin Yayasan Assyakur Lingga /Istimewa /

JURNAL SOREANG - Fenomena hate speech (ujaran kebencian), hoaks  (berita palsu), fitnah, ghibah , gosip  dan lainnya yang terjadi di media sosial makin hari kuantitas dan kualitasnya meningkat.

Hal ini sejalan dengan makin mendekatnya perhelatan Pilpres dan Pileg tanggal 14 Februari 2024 mendatang. Bila Anda rajin menilik website Kominfo akan ditemukan berita-berita Hoax yang diambil dari media sosial.

Jadi jangan buru-buru upload dan meneruskan berita atau peristiwa yang belum tentu kebenarannya- sebaiknya cek dulu  via Kominfo.

 

Jika tidak Anda akan kena sanksi UU ITE.  Padahal sudah sejak dulu kepada  umat muslim  - Nabi Muhammad SAW sudah mengajarkan umatnya untuk selalu berkata baik. Jika tidak mampu, maka lebih baik diam yang artinya sama dengan menjaga lisan.

Lisan diibaratkan sebagai pisau yang apabila dipergunakan secara asal akan melukai orang lain. Fenomena hate speech, hoaks, finah, ghibah, gosip dan lainnnya muncul bukan hanya tersedianya dengan mudah media sosial, namun yang utama adalah mulai menurunnya ajaran agama untuk berkata baik, menjaga lisan dan bila tidak bisa, maka cukup diam. 

Allah SWT bahkan memerintahkan kaum muslimin untuk senantiasa menjaga lisannya dan menggantinya dengan berzikir.

Baca Juga: Waspada! Hoaks Merajalela di Tahun Politik, Begini Cara Membendungnya Menurut Peserta Pelatihan Mubaligh

Sebagaimana firman-Nya dalam surah An Nisa ayat 114 : "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar”.  

Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya menganjurkan kaum muslimin untuk mengatakan hal-hal baik, jika tidak mampu maka sebaiknya diam.

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." (HR Al Bukhari)

 Dalam sejumlah hadits disebutkan juga terkait anjuran berkata baik dan menjaga lisan. Hadits - Allah membenci muslim yang berkata tanpa dasar "Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga perkara pula. Allah meridhai kalian bila menyembah Allah dan tidak mempersekutukannya, berpegang teguh pada tali (agama) dan tidak terpecah belah. dan Allah membenci kalian bila kalian suka berkata tanpa dasar, banyak bertanya yang tidak bermanfaat, serta menyia-nyiakan harta." (HR AtTirmidzi). 

Selain itu ada hadist menjaga lisan "Sesungguhnya seorang hamba mengatakan suatu kalimat yang mendatangkan murka Allah SWT yang ia tidak menaruh perhatian padanya namun mengakibatkan dijerumuskan ke dalam neraka jahanam." (HR Bukhari). Perlu juga diperhatikan hadist ini yakni hadits larangan menceritakan aib sendiri

"Setiap umatku mendapat pemaafan kecuali orang yang menceritakan aibnya sendiri. Sesungguhnya diantara perbuatan menceritakan aib sendiri adalah seorang yang melakukan suatu perbuatan (dosa) di malam hari dan sudah ditutupi oleh Allah SWT kemudian di pagi harinya dia sendiri membuka apa yang ditutupi Allah itu." (HR. Al Bukhari dan Muslim). 

Baca Juga: Bawaslu RI dan TikTok Kolaborasi Cegah Penyebaran Hoaks dan Ujaran Kebencian di Pemilu 2024

Diam adalah cara paling bijak yang harus kita lakukan saat tak bisa menjaga lisan. Ketika ada orang memarahi kita, lalu kita tidak bisa menerimanya, kemudian keluarlah kata-kata kasar yang jarang kita ucapkan, misalnya nama-nama binatang. 

Dalam kondisi seperti ini, diam adalah yang terbaik, dan itu merupakan salah satu bentuk kesabaran. Berhati-hatilah dengan kata kata yang kita ucap sebab semua perbuatan akan dihisab,  begitu pun dengan banyaknya kata yang telah kita ucap.

Rasulullah SAW  dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari bersabda bahwa, keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan. Penting untuk menjaga lisan.

 

Sebab lisan diibaratkan pisau yang apabila salah menggunakannya akan melukai banyak orang.

Di zaman modern, ketajaman lisan kadang juga mewujud dalam aktivitas di media sosial melalui status-status yang ditulis. Sudah semestinya, sebagai umat Islam membuat status di media sosial yang tak menyinggung orang lain.***

Penulis, Pensiunan dan Alumni Takhasus Kulliyatul Muballighin Yayasan Assyakur Lingga 

 

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler