Pengalaman Puasa Kartini DPRD Kota Bandung: Kalau Ingin Makan Siang Berbisik ke Ibu

21 April 2021, 08:24 WIB
Anggota DPRD Kota Bandung Dr. Hj. Rini Ayu Susanti /Istimewa/

JURNAL SOREANG- Pengalaman puasa di saat anak-anak penuh warna dan selalu terkenang. Termasuk saat berupaya keras agar bisa makan di siang hari karena sudah tak kuat menahan lapar. Seperti yang dirasakan seorang Kartini era 'zaman now' yakni anggota DPRD Kota Bandung dari Fraksi Demokrat, Rini Ayu Susanti (47) yang juga dosen Unibba Baleendah, Kabupaten Bandung.

"Meski saya sudah kelas dua SD, tapi saya belum kuat untuk berpuasa sehari penuh. Baru pada kelas tiga mampu berpuasa penuh dari Subuh sampai Magrib," kata Rini sembari tersenyum,

Ditemui di rumahnya yang tak jauh dari Lapangan Tegallega, Kota Bandung, baru-baru ini, Rini mengisahkan pengalamannya sebagai anak kedua atau bungsu. "Mungkin karena saya anak perempuan dan bungsu sehingga disayang mamah. Saya pernah buka puasa dengan makan di siang hari," ujarnya tertawa.

Tentu saja Rini melakukan secara sembunyi-sembunyi agar kedua orangtuanya tidak mengetahui. "Tapi kalau sudah lapar juga sering berbisik ke mamah untuk minta makan. Ibu pasti menyuruh ke dapur agar saya mengambil makanan," ujarnya.

Sebelum mengambil makanan tentu saja Rini melihat situasi rimah agar tak diketahui ayah dan kakak laki-lakinya. "Kalau kakak tahu pasti saya dimarahi. Setelah saya lihat aman lalu mengambil makanan di dapur dan dibawa ke kamar," ucap Rini yang kini  masih menyempatkan diri mengajar. 

Baca Juga: Pengalaman Puasa Saat Kecil dari Ketua Pengajian wanita Assalaam: Jatuh dari Pohon Lalu Batalkan Puasa

Baca Juga: Pengalaman Puasa Ketua Pergunu Jabar: Sambil Menyelam Minum Air agar Kuat Puasa Sampai Magrib

Dengan makan di kamar sehingga Rini bisa makan sepuasnya lalu keluar lagi sambil pura-pura masih puasa. "Namanya juga anak-anak dan belum balig hingga ibu juga mafhum kalau saya belum kuar puasa sampai magrib," katanya.

Mengenai mengisi waktu sambil menunggu berbuka puasa atau ngabuburit, Rini mengatakan dengan bermain bersama teman-temannya. "Saya mah sudah batal puasanya tetap saja ngabuburit dengan teman-teman. Bermain mah wajib bagi anak-anak," ujarnya.

Karena belum ada gawai atau gadget sehingga Rini memilih permainan anak-anak kampung (kaulinan lembur). "Ngabuburit dengan bermain  congklak, beklen atau ma in sondah. Permainan itu sangat ramai dan membuat kedekatan dengan anak-anak lain," ujar lulusan doktoral UPI Bandung ini.

Baca Juga: Pengalaman Puasa Prof. Dr. Hj. Ulfiah: Dari Krupuk Melarat Sampai Ikut Keliling Kampung Saat Sahur

Baca Juga: Pengalaman Ramadhan Rektor Unfari: Didoping Makan Siang Lalu Puasa Lagi Sampai Buka

Selain itu, permainan tradisional juga membuat sehat karena lebih banyak bergerak. "Berbeda dengan anak-anak sekarang yang  main gadget yang hanya diam dan sendirian. Kadang malah tertawa sendiri," ucapnya.

Rini yang bersuamikan orang Kuningan ini juga ikut pesantren Ramadhan agar bisa belajar lebih agama dan ketemu dengan teman teman yang lebih agamis. "Sama orang tua kalau mau buka puasa ngabuburit duku dengan ngumpulin makanan buat buka," kata perempuan yang waktu SMA dilatih menjadi penguasa jual beli mobil bekas.

Setelah puas bermain dan sudah terdengar azan magrib lalu Rini pulang ke rumah. "Tetap saja saya mah ikut buka puasa dengan orang tua meski sudah batal. Sebab nikmat bisa makan bersama dengan orang tua dan kakak," ujarnya.

Baca Juga: Pengalaman Berhijrah Evelin Nada Anjani, Mantan Istri Aming, Jadi Sopir Truk Hingga Disuntik Hormon Laki-laki

Baca Juga: Roni Syahroni Jadi Nakhoda Baru Pergunu Kabupaten Kuningan, Tantangan Kesejahteraan Guru yang Rendah

Menginjak remaja, yang lahir dan besat  di keluarga pengusaha sehingga saat SMA sudah diserahi memegang show room penjualan mobil di bilangan Jln. Lingkar Selatan. "Waktu SMA saya sudah pegang uang hasil dari  jual beli mobil. Tentu saja ngabuburit puasa juga lebih banyak di showroom untuk menonton televisi sembari  menunggu konsumen," katanya.

Namun, hidup Rini berubah drastis ketika lulus SMA lalu mendaftar menjadi pramugari sebuah maskapai penerbangan yang kini sudah gulung tikar.

"Saya sudah lulus pendidikan pramugari dan tinggal melayani penumpang pesawat terbang. Namun, ibu saya melarang jadi pramugari karena takut pesawat terbangnya jatuh," kata Rini yang akhirnya meneruskan karirnya sebagai dosen.***

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler