“Kami mewakili para seniman di Bandung merasa kehilangan. Karena beliau selain sahabat bagi para seniman juga guru. Semoga beliau diterima Iman Islamnya ditempatkan sesuai cita-citanya Di atas kertas aku masuk surga, “ katanya haru.
Usai Almarhum dimakamkan di TPU Cibarunei Sarijadi Bandung, Dr. Tisna Sanjaya sambil terbata-bata mengatakan, “ Prof. Setiawan Sabana, Pa Pawan adalah guru saya, juga pembimbing saya waktu di S3 dan saya merasa tersanjung menjadi bagian dari proses kesenian dan bagian hidup dari Pa Wawan. Saya bisa jadi dosen Seni Rupa ITB, malah pertama kali dikirim ke luar negeri waktu mahasiswa dalam pameran seni rupa ASEAN(Asean Youth Painting Exibhition 83), jalannya dari Pa Wawan.”
Tisna pun mengaku banyak terinspirasi oleh karya-karya grapis Pa Wawan yang kelihatan mahiwal (lain dari yang lain, nyeleneh) tapi sangat dalam , inovatif, terobosan baru, membawa pesan gerakan kebudayaan.
Hingga beliau membuat tempat kebudayaan di rumahnya (Garasi Seni 10 yang ber -motto –kan “Dari Garasi untuk Negeri, Bumi dan Galaksi”) untuk berekspresi.
Jadi kata Tisna, sangat menarik juga dari Kang Wawan itu, orangnya luar biasa.Beliau itu dosen yang langka, selain dosen, guru, juga seniman. Jadi jarang orang di akademi kesenimanannya kuat, lalu punya pusat kebudayaan –Garasi Seni 10, terus juga reputasi akademinya tinggi –sebagai seorang professor. Itu langka mungkin hanya satu dua di Indonesia.
“Banyak kenangan dengan Pa Wawan dan tidak merasa ada yang negatif, setiap energinya selalu positif, setiap ketemu, setiap mengajar, ketika saya jadi asisten atau jadi apa saja. Jadi saya merasa kehilangan dan bukan saya aja, semua merasa kehilangan . Jadi abdi turut berduka cita, semoga Pa Wawan kini aya di Surga, “ pungkasnya.
Termasuk Wakil Rektor ISBI Bandung Dr. Supriatna yang ikut mengantar ke makam merasa kehilangan, “Bukan hanya kehilangan secara pribadi tapi secara ilmu seni rupa dan dunia seni rupa, beliau itu tokoh pembaharu seni rupa Kota Bandung, “ katanya sambil menunduk.