Depression Disorder: Apa sebetulnya? Lalu Apa Penyebabnya?

13 Februari 2023, 19:31 WIB
Ilustrasi Depression Disorder arti dan penyebabnya. /Unsplash/Micheile/

 

JURNAL SOREANG - Dilansir dari American Psychiatric Association, Depresi (gangguan depresi mayor) adalah penyakit medis umum dan serius yang secara negatif mempengaruhi perasaan Anda, cara Anda berpikir, dan cara kamu bertindak.

Untungnya, itu juga bisa diobati. Depresi menyebabkan perasaan sedih dan/atau kehilangan minat pada aktivitas yang pernah kamu nikmati.

Ini dapat menyebabkan berbagai masalah emosional dan fisik yang dapat menurunkan kemampuan kamu untuk berfungsi/berkegiatan dengan baik, di tempat kerja dan di rumah.

Baca Juga: Keajaiban Dunia! Patung Christ the Redeemer di Brazil Tersambar Petir, Berhasil Diabadikan Photohrapher

Gejala depresi dapat bervariasi dari ringan hingga berat dan dapat meliputi:

- Merasa sedih atau memiliki suasana hati yang tertekan

- Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang pernah dinikmati.

Baca Juga: Malam 27 Rajab 2023 Sebentar Lagi, Inilah Doa dan Deretan Ibadah yang Dianjurkan, Yuk Amalkan!

- Perubahan nafsu makan, hingga penurunan atau penambahan berat badan yang tidak berhubungan dengan diet

- Sulit tidur atau terlalu banyak tidur

- Kehilangan energi atau peningkatan kelelahan

Baca Juga: Soal Vonis Mati Ferdy Sambo, Menko Polhukam Berikan Pujian, Kepada Siapa?

- Peningkatan aktivitas fisik tanpa tujuan, contohnya ketidakmampuan untuk duduk diam, mondar-mandir, menggerakkan tangan, dan atau gerakan atau ucapan yang melambat (tindakan ini harus cukup parah agar dapat diamati oleh orang lain)

- Merasa tidak berharga atau bersalah

- Kesulitan berpikir, berkonsentrasi atau membuat keputusan

- Pikiran tentang kematian atau bunuh diri

- Gejala harus berlangsung setidaknya dua minggu dan harus mewakili perubahan tingkat fungsi Anda sebelumnya untuk diagnosis depresi.

Baca Juga: Verell Bramasta Ungkap Alasan Gabung PAN, Bagaimana Menurut Survey?

Selain itu, kondisi medis, misalnya masalah tiroid, tumor otak, atau kekurangan vitamin, juga dapat menyerupai gejala depresi sehingga penting untuk menyingkirkan penyebab medis umum.

Depresi mempengaruhi sekitar satu dari 15 orang dewasa (6,7%) pada tahun tertentu. Dan satu dari enam orang (16,6%) akan mengalami depresi pada suatu saat dalam hidup mereka. Depresi bisa terjadi kapan saja, namun rata-rata pertama kali muncul saat remaja akhir hingga pertengahan 20-an.

Wanita lebih mungkin dibandingkan pria untuk mengalami depresi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sepertiga wanita akan mengalami episode depresi berat dalam hidup mereka. Ada tingkat heritabilitas yang tinggi (sekitar 40%) ketika kerabat tingkat pertama (orang tua/anak/saudara) mengalami depresi.

Baca Juga: Sang Anak Beri Pesan Menyentuh Sehari Sebelum Ferdy Sambo Divonis Hukuman Mati, Begini Kata Netizen!

Depresi Berbeda dari Kesedihan atau Kesedihan / Berkabung

Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan atau berakhirnya suatu hubungan adalah pengalaman yang sulit untuk dialami seseorang. Wajar jika perasaan sedih atau duka berkembang sebagai respons terhadap situasi seperti itu. Mereka yang mengalami kehilangan sering menggambarkan diri mereka sebagai "depresi".

Namun sedih tidak sama dengan mengalami depresi. Proses berduka itu alami dan unik untuk setiap individu dan berbagi beberapa ciri depresi yang sama. Kesedihan dan depresi mungkin melibatkan kesedihan yang intens dan penarikan diri dari aktivitas biasa. Mereka juga berbeda dalam hal-hal penting:

Dalam kesedihan, perasaan menyakitkan datang secara bergelombang, seringkali bercampur dengan kenangan positif tentang almarhum. Dalam depresi berat, suasana hati dan/atau minat kesenangan menurun hampir selama dua minggu.

Baca Juga: Asuransi dan BPJS, Pilih Salah Satu atau Keduanya?

Dalam kesedihan, harga diri biasanya dipertahankan. Dalam depresi berat, perasaan tidak berharga dan membenci diri sendiri adalah hal biasa.

Dalam kesedihan, pikiran tentang kematian mungkin muncul saat memikirkan atau berfantasi tentang "bergabung" dengan orang yang dicintai yang telah meninggal. Dalam depresi berat, pikiran terfokus pada mengakhiri hidup seseorang karena merasa tidak berharga atau tidak pantas hidup atau tidak mampu mengatasi rasa sakit depresi.

Kesedihan dan depresi dapat muncul bersamaan Bagi sebagian orang, kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan atau menjadi korban serangan fisik atau bencana besar dapat menyebabkan depresi. Saat kesedihan dan depresi terjadi bersamaan, kesedihan menjadi lebih parah dan berlangsung lebih lama daripada kesedihan tanpa depresi.

Membedakan antara kesedihan dan depresi itu penting dan dapat membantu orang mendapatkan bantuan, dukungan, atau perawatan yang mereka butuhkan.

Baca Juga: Tes Visual: Perhatikan Gambar yang Menarik Perhatian Akan Memberitahu Apa yang Anda Lewatkan dalam Hidup!

Faktor Risiko Depresi

Depresi dapat mempengaruhi siapa saja, bahkan orang yang tampaknya hidup dalam keadaan yang relatif ideal.

Beberapa faktor dapat berperan dalam depresi:

- Biokimia: Perbedaan bahan kimia tertentu di otak dapat menyebabkan gejala depresi.

- Genetika: Depresi dapat diturunkan dalam keluarga. Misalnya, jika salah satu kembar identik mengalami depresi, yang lain memiliki peluang 70 persen untuk menderita penyakit tersebut dalam hidupnya.

- Kepribadian: Orang dengan harga diri rendah, yang mudah diliputi oleh stres, atau yang umumnya pesimis tampaknya lebih mungkin mengalami depresi.

- Faktor lingkungan: Paparan terus-menerus terhadap kekerasan, pengabaian, pelecehan atau kemiskinan dapat membuat beberapa orang lebih rentan terhadap depresi.

Baca Juga: Asuransi dan BPJS, Pilih Salah Satu atau Keduanya?

Bagaimana Depresi Diobati?

Depresi adalah salah satu gangguan mental yang paling bisa diobati. Antara 80% dan 90% persen orang dengan depresi pada akhirnya merespons pengobatan dengan baik. Hampir semua pasien mendapatkan sedikit kelegaan dari gejala mereka.

Sebelum diagnosis atau perawatan, seorang profesional kesehatan harus melakukan evaluasi diagnostik menyeluruh, termasuk wawancara dan pemeriksaan fisik.

Dalam beberapa kasus, tes darah mungkin dilakukan untuk memastikan depresi bukan karena kondisi medis seperti masalah tiroid atau kekurangan vitamin, guna untuk membalikkan penyebab medis akan mengurangi gejala seperti depresi).

Baca Juga: 10 Universitas Terbaik di Indonesia Versi QS World University Rankings 2023, Nomor 1 Diduduki UGM?

Evaluasi akan mengidentifikasi gejala spesifik dan mengeksplorasi riwayat medis dan keluarga serta faktor budaya dan lingkungan dengan tujuan mencapai diagnosis dan merencanakan tindakan.***

 

 

Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal SoreangFB Page Jurnal SoreangYouTube Jurnal SoreangInstagram @jurnal.soreang, dan TikTok @jurnalsoreang

 

Editor: Josa Tambunan

Sumber: Psychiatry

Tags

Terkini

Terpopuler