Benarkah Parasetamol Dapat Meningkatkan Tekanan Darah dan Resiko Penyakit Jantung? Begini Kata Penelitian

27 September 2022, 20:55 WIB
Ilustrasi Obat Parasetamol, Benarkah Parasetamol Dapat Meningkatkan Tekanan Darah dan Resiko Penyakit Jantung? Begini Kata Penelitian /

JURNAL SOREANG - Paracetamol adalah obat untuk meredakan demam dan nyeri, seperti sakit gigi, dan lain sebagainya.

Sebuah penelitian menyatakan penggunaan parasetamol dalam jangka panjang ternyata dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke pada orang dengan tekanan darah tinggi.

Penggunaan parasetamol dalam jangka panjang biasanya digunakan untuk pengobatan nyeri kronis.

Baca Juga: Jelang Arsenal vs Tottenham: Mikel Arteta Khawatir Beberapa Pemain Kuncinya Absen Setelah Jeda Internasional

Para peneliti juga menyatakan penggunaan parasetamol harus memilih dosis efektif yang paling rendah dan waktu sesingkat mungkin untuk mengobati suatu penyakit.

Parasetamol juga sering disarankan sebagai alternatif yang lebih aman daripada obat penghilang rasa sakit kelas lain yang disebut obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), yang diketahui meningkatkan tekanan darah dan risiko penyakit jantung.

Dalam studi lainya yang melibatkan 110 pasien dengan riwayat tekanan darah tinggi kemudian diberi resep satu gram parasetamol empat kali sehari, untuk dosis yang diresepkan secara rutin pada pasien dengan nyeri kronis atau plasebo yang sesuai selama dua minggu. 

Baca Juga: Jarang Diketahui! Ternyata Mandi Air Hangat Bagus bagi Kesehatan, Ini 5 Manfaatnya

Semua pasien menerima kedua perawatan, dengan urutan acak, mereka yang diberi parasetamol mengalami peningkatan tekanan darah yang signifikan, dibandingkan dengan mereka yang menggunakan plasebo.

Para ahli menyimpulkan bahwa Peningkatan ini mirip dengan yang terlihat pada NSAID, dan mungkin mengkonsumsi parasetamol diperkirakan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung atau stroke sekitar 20 persen.

Tim peneliti mengatakan temuan itu harus mengarah pada tinjauan resep parasetamol jangka panjang kepada pasien, terutama mereka yang memiliki tekanan darah tinggi, atau mereka yang berisiko terkena penyakit jantung atau stroke.

Baca Juga: Benarkah Durian Bisa Turunkan Tekanan Darah Tinggi? Berikut Penjelasan Ahli Gizi

Kepala Investigator Dr Iain MacIntyre, Konsultan Farmakologi Klinis dan Nefrologi di NHS Lothian, mengatakan: 

"Ini bukan tentang penggunaan parasetamol jangka pendek untuk sakit kepala atau demam, yang tentu saja baik, tetapi ini menunjukkan risiko yang baru ditemukan. untuk orang yang meminumnya secara teratur dalam jangka panjang, biasanya untuk nyeri kronis." katanya.

Studi ini dengan jelas menunjukkan bahwa parasetamol yang merupakan obat yang paling banyak digunakan di dunia ternyata dapat meningkatkan tekanan darah, salah satu faktor risiko terpenting untuk serangan jantung dan stroke. 

Baca Juga: 8 Makanan yang Harus Dihindari Penderita Asam Lambung, Awas Bisa Bikin Tambah Parah!

Peneliti Utama Profesor David Webb, Ketua Terapi dan Farmakologi Klinis di Universitas Edinburgh, juga mengatakan:

 "Kami akan merekomendasikan agar dokter memulai dengan parasetamol dosis rendah, dan meningkatkan dosis secara bertahap, tidak lebih tinggi dari yang dibutuhkan untuk mengendalikan rasa sakit" katanya.

"Mengingat peningkatan substansial dalam tekanan darah terlihat pada beberapa pasien kami, mungkin ada manfaat bagi dokter untuk mengawasi lebih dekat tekanan darah pada orang dengan tekanan darah tinggi yang baru memulai parasetamol untuk nyeri kronis" tambahnya.

Baca Juga: Ketimbang Jadi Insinyur, Ariel NOAH Pilih Musik Untuk Karir Hidupnya, Begini Kisahnya

Selain itu Profesor Sir Nilesh Samani, Direktur Medis di British Heart Foundation, mengatakan:

"Penelitian ini menunjukkan seberapa cepat penggunaan parasetamol secara teratur dapat meningkatkan tekanan darah pada orang dengan hipertensi yang sudah berisiko tinggi terkena serangan jantung dan stroke" katanya. 

"Ini menekankan mengapa dokter dan pasien harus secara teratur meninjau apakah ada kebutuhan berkelanjutan untuk minum obat apapun, bahkan sesuatu yang mungkin tampak relatif tidak berbahaya seperti parasetamol, dan selalu mempertimbangkan manfaat dan resikonya, temuan penelitian ini seharusnya tidak menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu." pungkasnya.***

Editor: Yoga Mulyana

Sumber: news-medical

Tags

Terkini

Terpopuler