Banyak Rebahan Ternyata Berbahaya Lho

21 Desember 2020, 20:34 WIB
Ilustrasi Rebahan yang ternyata bisa berbahaya. (Jess Foami – Pixabay) /

JURNAL SOREANG- Salah satu kegiatan yang trending saat.pandemi adalah rebahan. Bahkan, di media sosial  kerap diunggah foto-foto kaum rebahan.

Namun, berkurangnya aktivitas di luar rumah bisa jadi berdampak pada kesehatan, apalagi jika tubuh terlalu lama kurang aktivitas fisik.

Perilaku kurang gerak, atau sedentary, sudah ada jauh sebelum pandemi virus corona melanda dunia, jumlahnya diperkirakan semakin meningkat karena situasi karantina wilayah di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Sembilan Kelebihan Telur Bebek Dibandingkan Telur Ayam

"Kalau dilakukan dalam waktu yang lama, waktu yang panjang, bisa menjadi gaya hidup," kata dokter spesialis kedokteran olahraga, Sophia Hage, seperti dikutip ANTARA, Senin, 21 Desember 2020.

Perilaku kurang gerak atau sedentary merupakan segala kegiatan di luar waktu tidur, yang hanya memerlukan sedikit energi, misalnya duduk atau menonton televisi maupun bermain gawai.

Aktivitas yang tergolong sedentary bahkan menghabiskan energi lebih sedikit dibandingkan aktivitas ringan, seperti berdiri dan jalan kaki.

Baca Juga: Vitamin C untuk Imun Tubuh. Ini Perhitungan Kebutuhannya Tiap Hari

Perilaku kurang gerak ini akan menjadi kebiasaan, atau gaya hidup, setelah dilakukan selama enam jam atau lebih dalam durasi yang lama.

Pun sedentary lifestyle, juga bisa terjadi pada siapa saja, termasuk orang-orang yang rutin berolahraga setiap hari, jika kegiatannya banyak dihabiskan duduk di depan komputer, misalnya.

Sophia mengutip data dari survei IFLS dan jurnal ilmiah The Lancet Global Health, populasi di Indonesia yang tergolong kurang aktivitas fisik pada 2007 berjumlah 19,9 persen, naik menjadi 30 persen pada 2016.

Baca Juga: Terungkap, Ini Cara Bupati Bandung Terpilih Dadang Supriatna Untuk Menyerap Aspirasi Masyarakat

Kekurangan aktivitas fisik tentu akan berdampak pada kesehatan individu, jangka pendek, misalnya mengalami nyeri punggung bagian bawah dan radang otot. Dalam jangka panjang, kurang gerak bisa menyebabkan ostheoporosis dan ostheoarthritis.

Sophia mencontohkan ketika terlalu sering duduk atau berbaring fungsi otot-otot besar (paha dan punggung), yang semestinya digunakan untuk menyangga tubuh, tergantikan oleh kursi.

Akibatnya, ada penurunan penyerapan gula dan lemak di sel tubuh. Ketika dua zat tersebut tidak digunakan tubuh untuk bergerak, maka kadar gula darah dan kolesterol akan tinggi dan bisa menimbulkan masalah kesehatan lainnya jika gaya hidup ini diteruskan.***

Editor: Sarnapi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler