JURNAL SOREANG - Fenomena flexing atau pamer yang dilakukan crazy rich kini semakin santer muncul ke permukaan, terutama sejak era media sosial.
Biasanya, mereka yang disebut crazy rich akan memamerkan harta, mulai dari rumah mewah, mobil sport, hingga bagi-bagi uang dalam jumlah besar tanpa alasan.
Tertangkapnya Indra Kenz dan Doni Salmanan, dua orang yang disebut-sebut crazy rich akibat kasus investasi bodong, mengingatkan kita untuk lebih pintar dalam mempercayai kehidupan yang dipamerkan di media sosial.
Pasalnya para crazy rich asli sedikit sekali kemungkinannya untuk melakukan hal serupa yang diperbuat penipu semacam Indra Kenz dan Doni Salmanan.
Pada Kamis, 10 Desember 2020 lalu, Forbes sempat merilis daftar 50 orang terkaya di Indonesia. Dampak pandemi terlihat jelas jika melihat hitung-hitungan aset orang Indonesia yang kaya raya gila ini.
Meski menurun, kekayaan kolektif orang super kaya di Indonesia hanya turun 1,2 persen dari daftar tahun lalu menjadi 133 miliar dolar AS.
Penurunan tersebut tercermin dari penurunan kekayaan dari tahun lalu yang dialami 28 dari 50 orang terkaya Indonesia.
Sisanya 18 orang mengalami peningkatan kekayaan dan empat orang yang kekayaannya tidak berpindah dari tahun lalu.
Baca Juga: Jadwal Waktu Shalat untuk Wilayah Indramayu dan Sekitarnya Sabtu, 19 Maret 2022
Budi dan Michael Hartono masih yang terkaya
Dua saudara Hartono masih menempati posisi pertama orang terkaya di Indonesia. Kini kekayaan mereka mencapai 38,8 miliar dolar AS atau setara Rp547,8 triliun (asumsi kurs Rp14.100 per dolar AS).
Budi dan Michael Hartono termasuk di antara kelompok taipan yang kekayaannya meningkat selama pandemi. Selama belasan tahun, Hartono bersaudara mendominasi jajaran orang-orang terkaya di Indonesia berkat perusahaan konglomerasinya, Grup Djarum.
Sementara itu, keluarga Widjaja berada di urutan kedua daftar orang terkaya. Kekayaannya tumbuh sebesar 2,3 miliar dolar AS, tepatnya dari 9,6 miliar dolar AS menjadi 11,9 miliar dolar AS.
Kekayaan pendiri Grup Djarum dan Sinarmas masing-masing meningkat 23,9 persen dan 4 persen. Pencapaian ini masih di bawah beberapa taipan lainnya.
Baca Juga: Jangan Meragukan Diri Sendiri, Ramalan Kartu Tarot Libra, Scorpio dan Sagitarius, 19 Maret 2022
Kekayaan pemilik Emtek meningkat secara signifikan
Namun jika indikator yang digunakan adalah persentase peningkatan kekayaan, torehan dua keluarga Hartono dan Widjaja masih kalah dengan beberapa nama warga kelas bawah.
Misalnya, Jogi Hendra Atmadja, orang terkaya ketujuh di Indonesia, mencatatkan pertumbuhan kekayaan 43,3 persen, tepatnya dari US$3 miliar menjadi US$4,3 miliar pada tahun lalu.
Eddy Sariaatmadja juga mengalami peningkatan yang signifikan. Eddy, yang tahun lalu bahkan tidak masuk dalam daftar 50 besar, merangsek ke urutan 20 berkat peningkatan kekayaan 80 persen, tepatnya dari US$ 800 juta menjadi US$ 1,4 miliar.
Namun, wajar saja jika nama Eddy menarik perhatian dengan proporsi kekuatan paling tajam.
Pasalnya, perusahaan yang menjadi aset utamanya, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK), memang dalam tren pertumbuhan yang positif.
Bahkan, pergerakan harga saham EMTK sempat menyentuh level harga Rp11.100 hingga akhir perdagangan Kamis, 10 Desember.
Jika dihitung, saham EMTK telah naik 99,1 persen dari posisi Rp5.575 year to date (ytd).
Eddy yang menjadi komisaris utama mempersempit saham perseroan sebesar 24,9% atau setara dengan 1,40 miliar saham per 30 November 2020.
Dengan mengalikan harga saham pada Kamis, 10 Desember, kekayaannya dari EMTK setara dengan Rp 15,59 triliun.
Seperti diketahui, Elang Mahkota Teknologi (Emtek) menjelma menjadi industri hiburan dan informasi pada 1997.
Pada awalnya perusahaan ini didirikan pada tanggal 3 Agustus 1983 dengan nama PT Elang Mahkota Komputer dan bergerak dalam bidang usaha penyediaan komputer.
Baca Juga: Banyak Hal Untuk Disyukuri, Ramalan Kartu Tarot Cancer, Leo dan Virgo, 19 Maret 2022
Sejak transformasinya, EMTK mulai agresif melebarkan sayapnya di dunia media melalui serangkaian akuisisi.
Tak tanggung-tanggung, perusahaan di bawah kendali Eddy Kusnadi Sariaatmadja itu juga berani mengambil alih kepemilikan Grup Salim.
Pada tahun 2002, EMTK mengakuisisi PT Surya Citra Televisi (SCTV) melalui PT Surya Citra Media Tbk. (SKMA).
Perusahaan memutuskan untuk melakukan penawaran umum perdana (IPO) setelah delapan tahun.
Setahun kemudian, ambisi EMTK untuk mendominasi industri hiburan dan informasi belum berhenti.
Perseroan mencaplok PT Indosiar Visual Mandiri (Indosiar) dengan mengakuisisi kepemilikan Grup Salim di PT Indosiar Karya Mandiri Tbk. (IDKM).
Baca Juga: Urai Kemelut Harga Pangan yang Harganya Naik, DPR agar Segera Bentuk Pansus Pangan
Pada tahun 2013, EMTK kemudian menggabungkan IDKM dan SCMA. Perusahaan subholding di bidang konten, yakni PT Indonesia Entertainment Group, didirikan dua tahun kemudian.
Bergerak di bisnis multimedia dan rumah sakit, EMTK membukukan laba bersih Rp476,58 miliar pada kuartal III-2020 atau berbalik dari posisi rugi bersih periode yang sama tahun lalu.
Rekor tersebut juga dipicu oleh laba bersih perseroan yang juga meningkat dari Rp8,11 triliun pada kuartal III 2019 menjadi Rp8,51 triliun per 30 September 2020.
Tidak hanya Eddy, Handojo Santosa dan Jogi Hendra Atmadja juga mengalami peningkatan yang signifikan. Handojo Santosa mengalami peningkatan kekayaan 59,7 persen dari US$ 460 juta menjadi US$ 735 juta.
Jogi tercatat sebagai pemegang saham 5,63 miliar atau 25,22 lembar saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR). Perusahaan tersebut menjadi sumber kekayaan terbesar bagi pria yang memulai bisnis biskuit sejak tahun 1948 tersebut.
Baca Juga: Dapatkan yang Terbaik, Ramalan Kartu Tarot Aries, Taurus dan Gemini, 19 Maret 2022
Saham MYOR diperdagangkan pada Rp2.520 pada penutupan perdagangan Kamis, 10 Desember. Posisi tersebut menguat 24,1 persen jika dibandingkan dengan harga MYOR tahun lalu.
Produsen biskuit dan snack itu mampu mencetak pertumbuhan kinerja dalam sembilan bulan berjalan 2020. MYOR mengantongi pertumbuhan laba bersih sebesar 41,81 persen menjadi Rp 1,55 triliun pada kuartal III 2020.
Nama Baru Orang Terkaya di Indonesia
Selain naik turunnya kekayaan sejumlah warga, daftar orang terkaya versi Forbes tahun ini juga ditandai dengan kedatangan nama-nama baru.
Selain nama Eddy Suriaatmadja, nama baru tersebut adalah Wijono dan Hermanto Tanoko, Jerry Ng, dan Susanto Suwarto.
Wijono dan Hermanto Takono yang kerap dijuluki sebagai bagian dari Surabaya crazy rich itu kini berada di peringkat ke-39 dengan total aset 700 juta dolar AS.
Keduanya merupakan pengusaha yang menguasai Avia Avian, produsen cat terbesar kedua di Indonesia.
Forbes mencatat Avia Avian sebagai perusahaan cat domestik terbesar kedua di Indonesia. Perusahaan ini didirikan oleh Wijono dan ayah Hermanto, Soetikno Tanoko.
Baca Juga: Jadwal Waktu Shalat untuk Wilayah Garut dan Sekitarnya Sabtu 19 Maret 2022
Di bawah asuhan Hermanto, keluarga ini berkembang menjadi fast moving consumer goods (FMCG), properti, dan pemain ritel.
Apalagi Jerry Ng adalah mantan bankir BTPN. Saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama PT Bank Jago Tbk. (ARTO).
Di perusahaan yang sebelumnya bernama Bank Artos, Jerry juga menguasai mayoritas saham ARTO melalui perusahaannya, PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI), menyempitkan kepemilikan 4,08 miliar saham atau 37,65 persen.
Dengan mengalikan total kepemilikan dengan harga saham ARTO sebesar Rp3.350 pada penutupan Kamis, 10 Desember, nilai kepemilikannya setara dengan Rp13,6 triliun.
Nama terakhir adalah teman Eddy di EMTK. Suwarto yang juga salah satu pendiri EMTK, kini menjabat sebagai komisaris perusahaan.
Ia menempati posisi 50 orang terkaya di Indonesia, kekayaannya mencapai 475 juta dollar AS atau Rp 6,69 triliun.
Baca Juga: Jadwal Waktu Shalat untuk Wilayah Cirebon dan Sekitarnya Sabtu 19 Maret 2022
Berikut ini daftar lengkap 50 orang terkaya alias crazy rich di Indonesia seperti dikutip Jurnal Soreang dari Forbes :
1. Budi dan Michael Hartono: US$ 35 miliar setara Rp 507,5 triliun
2. Susilo Wonowidjoyo: US$ 9,2 miliar setara Rp 133,4 triliun
3. Eka Tjipta Widjaja: US$ 8,6 miliar setara Rp 124,7 triliun
4. Sri Prakash Lohia: US$ 7,5 miliar setara Rp 108,75 triliun
5. Anthoni Salim: US$ 5,3 miliar setara Rp 98,05 triliun
6. Tahir: US$ 4,5 miliar setara Rp 65,2 triliun
7. Chairul Tanjung: US$ 3,5 miliar setara Rp 50,75 triliun
8. Boenjamin Setiawan: US$ 3,2 miliar setara Rp 46,4 triliun
9. Jogi Hendra Atmadja: US$ 3,1 miliar setara Rp 44,9 triliun
10. Prajogo Pangestu: US$ 3 miliar setara Rp 43,5 triliun
11. Low Tuck Kwong: US$ 2,5 miliar setara Rp 36,25 triliun
12. Mochtar Riady: US$ 2,3 miliar setara Rp 33,35 triliun
13. Putera Sampoerna: US$ 1,75 miliar setara Rp 25,4 triliun
14. Peter Sondakh: US$ 1,7 miliar setara 24,65 triliun
15. Martua Sitorus: US$ 1,69 miliar setara Rp 24,5 triliun
Baca Juga: Jadwal Waktu Shalat untuk Wilayah Cirebon dan Sekitarnya Sabtu 19 Maret 2022
16. Garibaldi Thohir: US$ 1,67 miliar setara Rp 24,2 triliun
17. Theodore Rachmat: US$ 1,6 miliar setara 23,2 triliun
18. Kuncoro Wibowo: US$ 1,58 miliar setara Rp 22,9 triliun
19. Alexander Tedja: US$ 1,5 miliar setara Rp 21,75 triliun
20. Husain Djojonegoro: US$ 1,46 miliar setara Rp 21,2 triliun
21. Bachtiar Karim: US$ 1,45 miliar setara Rp 21,03 triliun
22. Murdaya Poo: US$ 1,4 miliar setara Rp 20,3 triliun
23. Eddy Katuari: US$ 1,35 miliar setara Rp 19,6 triliun
24. Djoko Susanto: US$ 1,33 miliar setara Rp 19,3 triliun
25. Sukanto Tanoto: US$ 1,3 miliar setara Rp 18,85 triliun
26. Eddy Kusnadi Sariaatmadja: US$ 1,29 miliar setara Rp 18,71 triliun
27. Ciputra: US$ 1,2 miliar setara Rp 17,4 triliun
28. Ciliandra Fangiono: US$ 1,19 miliar setara Rp 17,26 triliun
29. Husodo Angkosubroto: US$ 1,15 miliar setara Rp 16,68 triliun
30. Harjo Sutanto: US$ 1,1 miliar setara Rp 15,95 triliun
31. Hary Tanoesoedibjo: US$ 980 juta setara Rp 14,21 triliun
32. Sudhamek: US$ 920 juta setara Rp 13,34 triliun
33. Lim Hariyanto Wijaya Sarwono: US$ 910 juta setara Rp 13,2 triliun
34. Osbert Lyman: US$ 900 juta setara Rp 13,1 triliun
35. Hashim Djojohadikusumo: US$ 850 juta setara Rp 12,33 triliun
36. Sjamsul Nursalim: US$ 810 juta setara Rp 11,75 triliun
37. Kusnan dan Rusdi Kirana: US$ 800 juta setara Rp 11,6 triliun
38. Danny Nugroho: US$ 790 juta setara Rp 11,46 triliun
39. Soegiarto Adikoesoemo: US$ 780 juta setara Rp 11,31 triliun
40. Aksa Mahmud: US$ 775 juta setara Rp 11,24 triliun
41. Irwan Hidayat: US$ 750 juta setara Rp 10,88 triliun
42. Achmad Hamami: US$ 725 juta setara Rp 10,5 triliun
43. Tjokrosaputro Benny: US$ 670 juta setara Rp 9,7 triliun
44. Arini Subianto: US$ 665 juta setara Rp 9,64 triliun
45. Edwin Soeryadjaya: US$ 660 juta setara Rp 9,57 triliun
46. Arifin Panigoro: US$ 655 juta setara Rp 9,5 triliun
47. Sabana Prawirawijaya: US$ 640 juta setara Rp 9,28 triliun
48. Kardja Rahardjo: US$ 625 juta setara Rp 9,06 triliun
49. Kartini Muljadi: US$ 610 juta setara Rp 8,85 triliun
50. Abdul Rasyid: US$ 600 juta setara Rp 8,7 triliun. ***