Aplikasi yang Dikembangkan Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Dinilai Tak Efektif

- 5 Juli 2021, 12:36 WIB
Dosen peneliti FISIP Unpas saat berada di kantor Dinas Pertanian Kabupaten Bandung untuk meneliti efektivitas pemasaran dan distribusi sarana pertanian melalui aplikasi
Dosen peneliti FISIP Unpas saat berada di kantor Dinas Pertanian Kabupaten Bandung untuk meneliti efektivitas pemasaran dan distribusi sarana pertanian melalui aplikasi /FISIP UNPAS/

JURNAL SOREANG-Sektor pertanian selama ini dikenal sebagai satu-satunya sektor ekonomi yang paling bertahan dari berbagai gejolak dan krisis. Bahkan pertanian dianggap sebagai sektor yang paling handal dalam membantu stabilitas ekonomi Indonesia.

Di sisi lain, sektor pertanian di tengah wabah Covid-19 juga dapat menjadi peluang bagi petani untuk meningkatkan kesejahteraannya karena produk pangan dan pertanian mulai banyak dicari konsumen untuk memenuhi kebutuhannya.

Dalam beberapa kasus, tidak sedikit masyarakat berperilaku panic buying dalam menyikapi kejadian Covid-19," kata Ketua tim peneliti FISIP Unpas, Dr. H. Deden Ramdhan M.Si.,CICP,DBA, didampingi anggota tim, Zahrah Nabila Azka S.Ikom, M.ikom, dalam pernyataannya, Senin  5 Juli 2021.

Baca Juga: Dari Pengabdian Masyarakat FISIP Unpas, Masih Ada Kesan Penyintas Covid-19 Dikucilkan Warga

Masyarakat berbondong-bondong memborong bahan pangan di pasar untuk dijadikan stok dalam memenuhi kebutuhan selama jangka waktu tertentu.

"Pemkab Bandung berupaya mengoptimalkan sektor pertanian untuk meningkatkan roda perekonomian masyarakat saat pandemi maupun setelahnya," katanya

Penelitian FISIP Unpas  ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana program sosialisasi Dinas Pertanian Kabupaten Bandung di masa pandemi untuk meningkatkan hasil produksi pertanian masyarakat.

Baca Juga: Prihatin, Realisasi Serapan Anggaran Kementerian Pertanian Sangat Rendah Baru 23,9 Persen

"Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan, maka fokus penelitian adalah mendeskripsikian dan menganalisis peranan Dinas Pertanian dalam mensosialisasikan program kepada masyarakat di Kabupaten Bandung agar tetap meningkatkan hasil produksi di masa pandemi," ujarnya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan  bahwa Pemkab  Bandung melalui Dinas Pertanian bekerjasama dengan Asosiasi Pasar Tani (ASPARTAN) Kabupaten Bandung, serta dibantu Konsultan Inovasi, meluncurkan Aplikasi Sabilulungan Pasar Tani (SABITANI).

"Namun dari hasil penelitian ternyata aplikasi ini kurang efisien untuk masyarakat. Saran dari peneliti adalah Dinas Pertanian seharusnya melakukan survei terlebih dulu  ke setiap warganya untuk pendataaan kepemilikan smartphone atau ponsel," katanya.

Baca Juga: Inna Lillaahi, Anggaran Kementerian Pertanian Berkurang Lebih dari Setengah, Ketahanan Pangan Baru Mimpi

Survei ini agar program dapat efektif menyasar masyarakat dan warga juga  dapat menggunakan aplikasi tersebut.

"Karena aplikasi Sabitani bertujuan untuk penjualan hasil produksi secara online dan pemberin bibit unggul, pupuk serta obat-obatan secara gratis ini," katanya.

Terdapat 4 poin utama dalam aspek digital di Dinas Pertanian Kabupaten Bandung ini yakni  para petani melakukan suplai hasil tani di gudang Dinas Pertanian untuk dijual melalui aplikasi.

Baca Juga: Wujudkan Pertanian Berbasis Ekspor, PKS Kabupaten Bandung Luncurkan Sekolah Tani dan Jaring Seluruh Petani

"Warga menggunakan platform aplikasi dan bisa diakses langsung untuk membeli hasil tani secara online," ujarnya.

Sedangkan pembayaran dilakukan dengan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) yaitu standarisasi pembayaran menggunakan metode QR Code dari Bank Indonesia agar proses transaksi menjadi lebih mudah, cepat dan terjaga keamanannya.

"Pengiriman barang untuk masyarakat sebagai konsumen dilakukan dengan pembayaran secara online, atau pembayaran di tempat oleh Tim Internal Aspartan," katanya.

Baca Juga: Butuh Alat Mesin Pertanian? Anggota DPR Bisa Jadi Media untuk Mendapatkannya

Namun dengan  kondisi serba keterbatasan yang umum dirasakan oleh masyarakat desa dan ditambah dengan adanya pandemi Covid-19 memberikan pengaruh dan dampak kepada secara keseluruhan.

"Hanya Aplikasi Sabilulungan Pasar Tani (SABITANI) dinilai kurang effisien untuk masyarakat. Mengapa? karena masyarakat banyak yang tidak mengerti dalam penggunaan aplikasi dan di luar itu keterbatasan masyarakat untuk mengakses melalui smartphone dan juga kuota internet membuat masyarakat sangat terbebani," katanya.

Keterbatasan dalam proses penjualan pun sangat terasa, seperti banyak yang akhirnya hasil tani mereka busuk karena jika menggunakan aplikasi, harus menunggu di ambil atau bahkan di kirim.

Baca Juga: Simak! Perjalanan Karir Harmoko: Berawal dari Wartawan Hingga Jadi Menteri Penerangan

"Belum lagi ongkos kirim yang terbebani sehingga para petani kembali ke model lama.  Sejauh ini hasil panen tetap mereka setorkan kepada bandar tiap desa untuk dijual ke kabupaten bahkan ke kota Bandung dan Jakarta," ujarnya.

Menurut dia, sosialisasi diperlukan agar para petani tetap memiliki semangat dan minat bertani walaupun dalam kondisi masa pandemi maupun warga yang memiliki ponsel.

"Program aplikasi Sabitani memang bagus, tapi tanpa adanya survei ke para pemilik ponsel dan kecenderungan dalam belanja hasil pertanian,  maka aplikasi ini malah tak efektif," katanya.***

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x