GAWAT !!! Bukan Perang, Ternyata Kelangsungan Hidup Manusia Terancam karena Sperma

- 1 Maret 2021, 16:50 WIB
Ilustrasi sperma.
Ilustrasi sperma. /Pixabay /Geralt

Baca Juga: Komisi Hukum dan HAM MUI Minta Presiden Cabut Perpres Legalisasi investasi Miras

Dengan tingkat penurunan tersebut, persentase pria yang tidak subur saat ini sekitar 12 persen. Dan jika tren berlanjut, tahun 2050 41 persen pria di dunia akan mandul.

Sebagai gambaran jika warga dunia saat ini tujuh miliar maka dalam perkiraan Swan tak kurang dari 287 miliar penduduk Bumi harus menjalani prosedur bayi tabung.

Dengan jumlah sperma dan kualitas yang menurun, sebagian besar populasi akan terpaksa menggunakan teknologi reproduksi berasistensi (ART).

Baca Juga: Semakin Memanas! Persaingan Drama The Penthouse 2 dan Vincenzo, Kim Seo Yeon dan Song Jong Ki Saling Susul

“Jadi dengan penurunan jumlah sperma dan kualitas air mani, termasuk penurunan kesuburan dan fakta bahwa jika jumlah sperma pria benar-benar rendah, maka satu-satunya pilihan adalah menggunakan teknologi alat bantu reproduksi jika ingin memiliki keturunan,” papar Swan.

Penelitiannya menunjukkan penurunan jumlah sperma telah terjadi sejak tahun 1973, tapi terkait skala cakupannya tak terdokumentasi dengan baik.

Yang pasti phthalates mulai ditemukan pada 1920-an dan mulai tersedia secara komersial pada 1931.

Baca Juga: Malam Ini! Bawakan Tema Idol Love Song, Top 7 Indonesian Idol Siap Tampil Habis-habisan untuk Top 6

Awalnya phthalates digunakan untuk PVC, plastik yang keras tapi elastis dan produk seperti pengusir serangga. Sejak itu penggunaannya mengalami ledakan.

Halaman:

Editor: Sam

Sumber: Galamedianews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x