“Jadi para siswa kebanyakan menggunakan komputer baru diajarkan beberapa waktu sebelumnya oleh guru, pakai laptop gurunya. Tapi rata-rata mereka bisa. Tinggal pengaturannya saja,” ujarnya.
Lebih lanjut Dede menilai, yang menjadi kendala lainnya, adalah masalah perangkat atau server. Karena tidak semua sekolah memiliki server yang memadai. Sehingga harus menumpang di sekolah lain.
“Tentu ke depan pemerintah harus bertanggung jawab memfasilitasi TIK. Harus ditingkatkan dan diperbanyak. Hanya nanti jumlah kepastiannya berapa kami belum bisa menjawab karena anggaran di Kemendikbud banyak pengurangan (refocusing). Selama masih pandemi kita tidak punya komitmen untuk menambah atau mengurangi,” tegasnya.***