Pendidikan Lebih Berorientasi Pada Pasar dan Ekonomi, Ini Akar Penyebabnya

- 21 September 2021, 21:34 WIB
Tangkapan layar webinar Pusat Kajian dan Pengembangan Peranan Wanita/Gender dan Perlindungan Anak (PKPPWA) LPPM Universitas Pendidikan Indonesia, Selasa 21 September 2021.
Tangkapan layar webinar Pusat Kajian dan Pengembangan Peranan Wanita/Gender dan Perlindungan Anak (PKPPWA) LPPM Universitas Pendidikan Indonesia, Selasa 21 September 2021. /

 

JURNAL SOREANG-Selama 30 tahun terakhir, konsep  neoliberalisme telah merasuki hampir semua sektor kehidupan, termasuk dalam aspek pendidikan anak usia dini (PAUD) atau early child education.

Konsep neolibralisme kemudian membuat konsep pendidikan sangat berdimensi pasar dan ekonomi. Namun demikian, meski neoliberalisme adalah kekuatan yang kuat, ia tetap dapat dilawan dan diganti.

Inilah saatnya mengembangkan alternatif dari kebijakan yang ada dan mendasarkannya pada ide-ide yang menentang neoliberalisme.

Baca Juga: Kolaborasi Indonesia dan Negara di Kawasan Asia-Pasifik, Tingkatkan Kualitas Pendidikan

Demikian benang merah paparan yang disampaikan Ass. Prof Dr Guy-Roberts Holmes yang merupakan akademisi dari University College London pada Webinar bertajuk “The Global Education Reform Movement (GERM) and Early Childhood Education in The Covid-19 Pandemic” yang diselenggarakan Pusat Kajian dan Pengembangan Peranan Wanita/Gender dan Perlindungan Anak (PKPPWA) LPPM Universitas Pendidikan Indonesia, Selasa 21 September 2021.

Webinar dipandu Moderator Ketua PKKPWA LPPM UPI Vina Adriany, PhD dan dibuka Kepala LPPM UPI Prof Dr Dadang Sunendar.

Guy-Roberts Holmes sendiri adalah peneliti tentang isu neoliberalisme pada pendidikan, khususnya di tingkat usia dini. Ia merupakan penulis buku “Neoliberalism and Early Childhood Education (Markets, Imaginaries, and Governance” yang diterbitkan Routledge.

Baca Juga: Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Pesantren dan Pendidikan Keagamaan Islam Berasrama

Pada awal pemaparannya, Guy-Roberts Holmes memaparkan tentang konsep neoliberalisme yang diambil dari teori rasionalitas ekonomi dan kemudian merambah pada hampir semua lini kehidupan di luar ekonomi.

“Nilai-nilai yang muncul di dalamnya adalah persaingan, pilihan pribadi, hingga kalkulasi. Kemudian subjek idealnya adalah kepentingan pribadi dan persaingan, sehingga akhirnya berujung pada ide tentang pasar dan privatisasi,” ungkapnya menguraikan.

Pada akhirnya, lanjut Roberts, neoliberalisme berdampak pada sektor pendidikan. Muncul gerakan reformasi pendidikan global sejak 1980-an dan kemudian diadopsi sebagai reformasi dari semua sistem pendidikan yang ada di dunia.

Baca Juga: Panduan bagi Madrasah, Pesantren, dan Lembaga Pendidikan Keagamaan Islam untuk Melakukan PTM

“Pada kenyataannya, neoliberalisme telah berdampak sangat buruk dan serius pada konsep pendidikan anak usia dini," katanya.

Hal itu karena fokus pada standardisasi pendidikan, kurikulum yang ditekankan dari atas, serta menjadikan anak didik sebagai investasi bagi masa depan terbukti mencerabut hakikat pendidikan dari akarnya."diPAUD telah diserahkan pada mekanisme pasar dan seolah menjadi semacam franchise  (waralaba),” kata Roberts menegaskan.

Pandemi Covid-19 semakin memperburuk keadaan karena kemudian dampaknya terkait dengan kesehatan mentak anak-anak didik kita.

Baca Juga: Pagu Anggaran Berkurang Rp500 Miliar, Kemenag akan Optimalkan Pembiayaan Fungsi Agama dan Pendidikan

“Konsep persaingan dalam sistem pendidikan yang kemudian diperburuk oleh ketidakhadiran fisik dalam ruang kelas dan bermain, telah mempengauhi kesehatan mental peserta didik. Ini masalah yang tersembunyi dan amat serius,” ujarnya.

Roberts menegaskan sekarang saatnya mengembangkan alternatif dari kebijakan yang ada dan mendasarkannya pada ide-ide yang menentang neoliberalisme.

“Kita perlu membayangkan kembali pendidikan dan pengasuhan anak usia dini sebagai barang publik, upaya kolektif dan sebuah hak kewarganegaraan. Kita harus mendeklarasikan citra baru dan bentuk tata kelola baru yang mewujudkan nilai-nilai kerjasama, solidaritas, kepercayaan, dan demokrasi,” ucapnya.

Baca Juga: Akibat Pandemi Berdampak Pada Akreditasi LKP, PAUD, dan PKBM, Ini Penuturan Kepala BAN PAUD-PNF Jabar

Ia juga menegaskan untuk menemukan “bahasa baru” kala  berpikir dan berbicara tentang anak usia dini dan menggunakan kosa kata baru.

“Kita seharusnya tidak membuang ekonomi, tapi menempatkannya pada tempatnya. Sebagai pelayan bukan tuan. Yang terpenting, merebut kembali pentingnya budaya, sosial, dan politik dalam konsep pendidikan,” katanya menegaskan.***

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x