Tingkatkan Kompetensi dan Kewirausahaan, Kemendikbudristek Berikan Penghargaan TEFA 2021 kepada 60 SMK

22 Agustus 2021, 14:47 WIB
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto berkunjung ke kampus Politeknik eLBajo Commodus (PLC), kampus pertama dan satu-satunya di Kabupaten Manggarai Barat, belum lama ini. Dirjen Wikan memberikan penghargaan kepada 60 SMK /Kemendikbud ristek/

JURNAL SOREANG- Kemendikbudristek melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi), memberikan penghargaan Teaching Factory (TEFA) 2021 kepada 60 SMK terpilih yang telah merintis produk.dan jasa di sekolahnya sesuai dengan kompetensi keahlian.

“Saya berharap program bantuan TEFA ini dapat melahirkan peserta didik yang kompeten serta memiliki pengalaman berproduksi dan berwirausaha sebagai bekal dalam memasuki dunia kerja sekaligus mandiri dalam berwirausaha,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto, saat memberikan TEFA Award 2021 secara daring, Kamis 19 Agustus.2021.

Dilanjutkan Dirjen Wikan, TEFA harus bermula dari industri sehingga peserta didik dan sekolah dapat menciptakan produk berkualitas, diterima oleh pasar, dan menghasilkan proses yang berkesinambungan sebagai indikator keberhasilan.

Baca Juga: Dukung SMK Siapkan SDM Digital, Industri TIK Terus Aktif Berikan Pelatihan Ciptakan 100 Ribu SDM Digital Lokal

“Tidak hanya menghasilkan produk, tetapi juga berdampak, termasuk dalam program _link and match_ paket 8+i, TEFA juga harus disesuaikan dengan kurikulum bersama industri dan terus menghadirkan pakar agar berkesinambungan. Harus mulai dari akhir, jangan tiba-tiba ingin membuat sesuatu,” ungkapnya.

Dirjen Wikan menambahkan, TEFA merupakan pengembangan dari pendidikan sistem ganda, yaitu competence based training (CBT) dan production based education and training (PBET) yang dilaksanakan oleh SMK dan diharapkan dapat menanamkan jiwa kewirausahaan bagi siswa.

Adapun yang perlu diperhatikan dalam produksi barang dan jasa tersebut, antara lain  produk apa yang dibutuhkan di pasar dan mengapa produk tersebut dibeli. 

Selain itu, siapa pembelinya, bagaimana proses pembeliannya, bagaimana mutu dan penampilan produknya, bagaimana modelnya, serta bagaimana merek, pelayanan dan garansinya.

Baca Juga: Dewan Pendidikan Jawa Barat Soroti PPDB SMA, SMK, dan SLB Bermasalah dengan Banyaknya Siswa Titipan

Sementara itu, Plt. Direktur SMK, Wartanto menyampaikan, program bantuan TEFA diikuti oleh 949 SMK dan menghadirkan juri dari unsur industri, akademisi, dan praktisi bisnis yang menilai proposal dan rencana bisnis peserta dalam bentuk _business model canvas.

“Program bantuan TEFA telah disosialisasikan melalui rangkaian pelaksanaan seri webinar pada tanggal 18 s.d. 21 Mei 2021 dengan narasumber yang berasal dari kalangan profesional atau mitra industri yang kompeten,” ujar Wartanto.

Ia menambahkan, tahap seleksi awal dilaksanakan pada tanggal 7 s.d. 13 Juli 2021 dan diperoleh 120 SMK yang lolos untuk dilanjutkan seleksi tahap berikutnya.

“Pada seleksi tahap kedua berupa pitching nation, peserta melakukan presentasi terbuka di hadapan juri pada 29 s.d. 31 Juli 2021 untuk mendapatkan 60 SMK terpilih yang akan mendapatkan bantuan TEFA," katanya.

Baca Juga: Kemendikbudristek Gelar Pembekalan Pendampingan SMK Pusat Keunggulan oleh Perguruan Tinggi

Kemudian, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan program bantuan TEFA di SMK penerima bantuan pada bulan Agustus s.d. November 2021.

Pada tahap akhir, SMK tersebut akan melaksanakan pameran, baik secara luring maupun daring, yaitu pada bulan November s.d. Desember 2021,” tambah Wartanto.

Wartanto mengungkapkan, TEFA harus bisa memproduksi produk/jasa yang mendorong peserta didik berwirausaha dan bukan sekadar mengembangkan bahan, tetapi dapat disalurkan ke masyarakat hingga mendapat pengakuan hak cipta.

Baca Juga: Simulator SMK-PK Penerbangan Cakra Nusantara Diresmikan, Dorong Pengembangan Mutu Lulusan

“TEFA juga harus menghasilkan proyek bagi para peserta didik hingga mereka bisa mengaplikasikan sesuai kebutuhan industri," katanya.

Selain itu, mereka juga bisa berkreasi dan berkolaborasi hingga menghasilkan usaha mandiri dengan upaya project based learning."Jadi, harus terus dilakukan diskusi dan ide-ide baru yang bisa dipecahkan bersama,” pungkasnya.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbudristek

Tags

Terkini

Terpopuler