Mengenal Peristiwa Gedoran Depok dan Sejarah Depok yang Terpisah dari Hindia Belanda

- 18 Agustus 2023, 14:32 WIB
Peristiwa Gedoran Depok.
Peristiwa Gedoran Depok. /Twitter @neohistoria_id

Baca Juga: Detik-detik Jembatan Gantung Putus Saat Rayakan Hari Kemerdekaan, Korban Luka-luka hingga Patah Kaki

Masyarakat yang tergabung dwbgan laskra-laskar dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) menyerbu dan memporak-porandakan Depok. Wenri Wanhar dalam buku Gedoran Depok Revolusi Sosial Di Tepi Jakarta 1945-1955 menyebut orang Belanda di negara Depok diisolasikan dengan tidak dibiarkan membeli bahan pokok atau sehari-hari. Pada 9 Oktober 1945, lima keluarga yang bekerja untuk otsng Belanda dirampok oleh segerombolan orang. Esoknya, penjarahan besar-besaran terjadi dengan melibatkan banyak orang. Selain penjarahan, pembunuhan dan pelecehan seksual juga terjadi layaknya kejadian Mei 1998.

Saat itu, orang Belanda Depok itu dianggap memihak Belanda. Orang yang mengaku-ngaku sebagai pejuang Republiken menganggap sah jika hidup orang Belanda Depok dibuat sengsara. Rumahnya dijarah, barang pribadinya dirusak, hingga merusak jendela dan pintu rumah Belanda Depok karena disangka menyimpan harta karun. Kasus Gedoran Depok ini bukan hanya sebatas kebencian terhadap kaum Republiken kepada orang Belanda Depok karena menolak bergabung dengan negara Indonesia. Tetapi juga kecemburuan sosial masyarakat kala itu karena masyarakat Depok yang hidupnya mewah.

Masyarakat Depok saat itu telah menerapkan gaya hidup mewah dan kelas atas ala Eropa. Hal ini yang memicu kecemburuan sosial bagi orang lain. Karena mereka masih menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa sehari-harinya membuat pergolakan masyarakat di luar Depok. Gedoran Depok ini terjadi bersamaan dengan periode 'Masa Bersiap' bagi orang Belanda. Istilah 'Masa Bersiap' merujuk pada seruan 'Bersiap' dari Republiken ketika ada tentara Sekutu atau tentara Belanda yang akan melintas.

Baca Juga: Masih Berlaku Pasca 17 Agustus! 7 Promo Makanan dan Minuman di Berbagai Resto, Diskonnya Mantap!

Masa Bersiap meruapakan masa yang kelam karena penuh tindak kekerasan dan kriminal. Kekcauan revolusi Indonesia termasuk kejadian Gedoran Depok ini bikin posisi Indonesia tercoreng di mata dunia. Di dunia luar, Indonesia dianggap tidak becus karena tidak bisa mengendalikan ketertiban umum dan mengendalikan orang senjata yang kerap kali berperilaku secara emosional.

Peristiwa Gedoran Depok ini melibatkan beberapa tokoh pejuang seperti Margonda dan Tole Iskandar. Saat itu, Margonda adalah pemimpin tentara Angkatan Udara Republik Indonesia dengan pangkat Letnan Muda. Sesangkan Tole Iskandar adalah Laskar Rakyat Depok dengan pangkat Letnan Dua.

Dalan kejadian Gedoran Depok, peran Margonda sangat penting. Malam sebelum kejadian Gedoran Depok, Margonda sempat menjadi penengah untuk orang Belanda Depok dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Ia berhadapan langsung dengan Urip Sumoharjo, pimpinan TKR saat itu. Namun proses mediasi ini mentok karena pihak TKR dan masyarakat luar Depok menilai orang Belanda Depok sama dengan penjajah.

Penyerangan orang Belanda Depok oleh TKR ini berlanjut. Saat itu, TKR berhasil mengusir tentara NICA untuk sementara. Menurut Margonda, peristiwa Gedoran Depok bikin masyarakat dan pejuang saat itu tercerai-berai, seharusnya mereka harus bersatu untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Karena inilah tentara NICA kembali menyerbu dan menguasai Depok dengan membawa pasukan Sekutu dengan tujuan membebaskan orang Belanda Depok yang ditawan oleh TKR. Singkat cerita, tentara NICA berhasil mengusir TKR dan membebaskan orang Belanda Depok, terutama tawanan wanita dan anak-anak yang diungsikan ke Kedunghalang, Bogor Utara, Kota Bogor. Selain itu, tentara NICA berhasil merebut markas TKR dan menjadikannya sebagai markas.

Baca Juga: Hyundai Motors Indonesia Serahkan 346 Unit Mobil IONIQ 5 dan IONIQ 6 untuk ASEAN Summit ke-43

Halaman:

Editor: Josa Tambunan

Sumber: YouTube Indonesia Insider


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah