JURNAL SOREANG- Imbas perang Rusia dan Ukraina mendorong naiknya harga pangan dunia terutama gandum. Indonesia yang sebagian besar penduduknya mengkonsumsi mi instan bahkan roti, harus bersiap menerima kenaikan harga makanan yang merakyat itu.
Selain nasi, penduduk Indonesia menggemari mi instan dan roti yang bahan baku utamanya adalah tepung gandum, "Masalah pangan ini harus jadi perhatian kita semua, lahan persawahan untuk padi terus menyusut. Sementara gandum menjadi komoditas yang langka juga mahal akibat perang," pungkas Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso.
Menurutnya, ketergantungan Indonesia terhadap impor komoditas pangan harus segera dicari solusinya.
"Meskipun padi dan jagung ditanam secara lokal, namun belum mencapai swasembada. Apalagi gandum yang belum ditanam di Indonesia," katanya.
Menurutnya, DPP LDII menempatkan ketahanan pangan sebagai salah satu program strategis yang biasa diaebut delapan bidang pengabdian LDII untuk bangsa.
Pihaknya telah mendorong warga LDII untuk berinovasi dalam bidang pertanian, baik dengan digitalisasi pertanian maupun diversifikasi pangan.
Salah satu warga LDII, kini bergiat membudidayakan tanaman sorgum, yang menjadi lima makanan pokok dunia selain padi, jagung, gandum, dan barley.
Tanaman tersebut dikembangkan oleh Ketua DPD LDII Kabupaten Tanah Laut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), Anton Kuswoyo. Ia berupaya mendiversifikasi pangan lokal dengan cara membudidayakan tanaman sorgum.