Hari Pangan Sedunia Momentum Evaluasi Kedaulatan Pangan Dalam Negeri

- 20 Oktober 2021, 06:41 WIB
Potret bulir padi di Kabupaten Serang yang sudah siap untuk dipanen. Hari Pangan Dunia tiap 16 Oktober harus jadi evaluasi kedaulatan pangan nasional
Potret bulir padi di Kabupaten Serang yang sudah siap untuk dipanen. Hari Pangan Dunia tiap 16 Oktober harus jadi evaluasi kedaulatan pangan nasional /Dindin Hasanudin/Kabar Banten

JURNAL SOREANG- Hari pangan sedunia yang jatuh setiap tanggal 16 Oktober merupakan momentum tepat untuk mengevaluasi sejauh mana capaian pengelolaan pangan di Indonesia.

"Persoalan pangan memang merupakan hidup dan mati suatu bangsa namun kedaulatan pangan adalah harga diri suatu bangsa, terlebih lagi di negeri agraris seperti indonesia," kata Ketua Pergi Petani dan Nelayan Seluruh Indonesia (PPNSI),  drh. Slamet, Rabu 20 Oktober 2021.

Ia melanjutkan persoalan pangan tidak boleh dianggap sebagai sesuatu yang sederhana sebab pangan juga dapat dijadikan sebagai senjata untuk melakukan penjajahan terhadap suatu bangsa.

Baca Juga: Masyarakat Desak agar Badan Pangan Nasional Dapat Segera Menata Diri dan Bekerja

"Jika suatu negara ketersediaan pangannya sangat tergantung oleh pasokan dari negara lain maka sesungguhnya negara tersebut telah terjajah secara tidak langsung," kata wakil rakyat asal Kota dan Kabupaten Sukabumi.

Dia mengungkapkan dari hasil evaluasi beberapa tahun terakhir kinerja sektor pangan justru banyak dipertanyakan sebab di tengah klaim Kementerian Pertanian neraca perdagangan sektor pertanian tiap tahun mengalami perbaikan namun untuk beberapa indikator global kondisi Indonesia justru memprihatinkan.

"Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa indeks keberlanjutan pangan menunjukkan Indonesia masih menempati ranking ke 60 dari 67 negara yang diukur," kata Slamet.

Baca Juga: Berpotensi Jadi Sumber Pangan Baru, Dinas Pertanian Kab Bandung Kaji Budidaya Jamur Raksasa Viral Cicalengka

"Dengan nilai seperti itu menunjukkan bahwa kondisi indonesia jauh lebih buruk dari negera-negara Afrika seperti Ethopia (Rank 27), Zimbabwe (31), Zambia (32).

Data Indeks Kelaparan Global (Global Hunger Index) juga menunjukkan nilai Indonesia terus mengalami penurunan bahkan tahun 2020 menyentuh angka 20.1 atau masuk dalam kategori negara dengan status kelaparan kronis," tambahnya.

Selain itu menurut Slamet kondisi ketergantungan Indonesia terhadap produk pangan impor saat ini sudah masuk pada fase mengkhawatirkan. Hampir semua bahan pangan krusial, penyediaanya sangat tergantung dari impor.

Baca Juga: Patut Ditiru, Kampung Paledang Cileunyi Wetan Gelorakan Ketahanan Pangan dari Kencleng Subuh

"Lihat saja data impor beberapa komoditas selama semester pertama tahun ini misalnya impor beras sebanyak 221 ribu ton, garam 1,08 juta ton dari target 3,07 juta ton, gula 1,97 juta ton dari target 4 juta ton bahkan impor produk perikanan mencapai 42.079 ton, dengan nilai US$65,34 juta atau sekitar Rp942,2 miliar," imbuhnya.

Jika diakumulasikan, kata Slamet total nilai impor pangan pada semester awal tahun 2021 adalah lebih dari 15 juta ton bahan pokok senilai US$ 8,37 miliar atau setara dengan Rp 118,9 triliun (kurs Rp 14.200/US$).

"Data-data ini tentu saja menjadi aleram bahwa masih banyak pekerjaan rumah dalam pengelolaan pangan nasional," tukasnya.***

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x