Perdebatan Lockdown Kembali Muncul, Jokowi Dapat Pesan dari Epidemiolog UI Pandu Riono

- 1 Agustus 2021, 12:52 WIB
Foto ilustrasi suasana lockdown
Foto ilustrasi suasana lockdown /Pixabay/ Queven

JURNAL SOREANG - Jelang PPKM Level 4 berakhir, perdebatan mengenai lockdown yang sebelumnya tak dipilih Presiden Jokowi untuk menangani Covid-19 kini kembali muncul.

Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menjadi salah satu pihak yang ikut bersuara menyoroti perdebatan lockdown dan ikut memberikan pesan kepada Jokowi.

Sebelumnya, Jokowi sempat mengungkapkan alasannya tidak menetapkan lockdown tetapi memilih kebijakan lain guna menekan penyebaran Covid-19 di Indonesia sejak awal pandemi.

Baca Juga: Pemerintah Resmi Putuskan ‘Lockdown,’ Berikut Aturan Lengkap PPKM Darurat Jawa-Bali dari Kemenko Marves

Dihadapan penerima bantuan produktif usaha mikro, Jokowi menyebut bila pemerintah tidak memilih (kebijakan) lockdown karena belum tentu memberikan solusi bagi masalah Covid-19.

"Tidak bisa kita tutup, lockdown seperti negara lain, lockdown artinya tutup total,” kata Jokowi di Istana Negara, Jumat, 30 Juli 2021, dikutip dari Antara.

“Kemarin PPKM Darurat kan semi lockdown, itu masih semi saja saya masuk kampung, saya masuk ke daerah semuanya menjerit untuk dibuka,” ujarnya menambahkan.

Baca Juga: Masuk Level 3 dan Ikuti Aturan Pusat, Bupati Bandung Siap Terapkan Lockdown Mulai 3 Juli

“(Kebijakan) lockdown itu juga belum bisa menjamin permasalahan (Covid-19) bisa selesai,” ucap Jokowi menegaskan.

Kendati begitu, Jokowi menargetkan pada akhir 2021 ini vaksinasi kepada 70 persen penduduk Indonesia dapat selesai.

"Insya Allah kalau sudah 70 persen vaksinasi paling tidak daya tular dari virus (Covid-19) ini menjadi agak terhambat, kalau sudah tercapai yang namanya kekebalan komunal atau herd immunity,” tutur Jokowi.

Baca Juga: Pimpinan Daerah Harus Pastikan PPKM Mikro terus berjalan, Jokowi: PPKM Mikro dan Lockdown Miliki Esensi Sama

Dalam paparannya, Jokowi pun mengakui kemunculan virus SARS-CoV-2 varian Delta di Indonesia tidak terprediksi sebelumnya.

"Dulu di Januari, Februari, Maret, April, Mei kondisi dari Covid-nya sudah mulai turun, kalau corona turun, ekonomi pasti naik, sudah kelihatan itu sebetulnya,” kata dia.

“Akan tetapi tanpa terprediksi muncul yang namanya varian Delta, varian jenis baru dari corona,” ucapnya melanjutkan.

Baca Juga: Jogja dan Jabar Tidak Mampu Lockdown, Rizal Ramli: Bukannya Fokus Atasi Pandemi, Jokowi dan Menkeu Terbalik

"Jenis baru dari corona muncul di India kemudian muncul di seluruh negara di dunia sehingga ekonomi global pun juga goncang. Kita juga sama itu virus delta ini muncul juga langsung kasus positif menjadi naik secara drastis,” tutur Jokowi.

Sementara itu melalui akun Twitter @drpriono1, Epidemiolog UI Pandu Riono justru menyampaikan pandangan lain soal tujuan kebijakan lockdown yang harusnya dipilih Jokowi.

“Pak @jokowi Indonesia itu melakukan lockdown pembatasan aktifitas penduduk. Itu pilihan sementara, bukan permanen,” kata Pandu Riono di akun Twitter-nya, Sabtu, 31 Juli 2021, dikutip Jurnal Soreang

Baca Juga: 31 Pegawai Gedung Sate Bandung Positif Covid-19, Gedung Sate 'Lockdown'

“(Tujuannya) untuk beri kesempatan agar sistem kesehatan publik siap, wajibkan pakai masker dan 3M. Wajib perkuat tes, tracing, isolasi yang benar. Genjot vaksinasi dengan prioritas,“ tutur Epidemiolog UI itu menambahkan.

Kendati menyayangkan lockdown tak diterapkan, Pandu Riono tetap menyarankan PPKM yang akan berakhir dan jadi pilihan Jokowi menekan sebaran Covid-19 agar dipertahankan.

“PPKM Level 4 perlu dipertahankan, sampai diyakini bahwa penularan benar-benar terkendali,” kata Epidemiolog UI itu dalam unggahan yang lain di akun Twitter-nya.

“Berbahaya bila diturunkan levelnya karena situasi dominasi Delta yang meluas ke seluruh Indonesia dan upaya 3M, tes-lacak-isolasi dan cakupan vaksinasi ternyata belum mantap,” tutur Pandu Riono.***

Editor: Handri

Sumber: Twitter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah