JURNAL SOREANG- Era Dromologi yang saat ini terjadi dalam kehidupan manusia, terutama di ranah digital atau virtual mengharuskan para akademisi untuk berkolaborasi memberikan pemahaman kepada generasi milenial.
Pemahaman itu terutama menyangkut aspek kredibilitas dan autentisitas informasi yang mereka dapatkan.
Hal itu disampaikan Guru Besar Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Prof. Dr. Yasraf Amir Piliang, MA pada Kuliah Umum (Eminent Lecture) Satu Dasawarna Ilmu Komunikasi FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia yang digelar secara virtual, Senin 14 Juni 2021.
Pada kuliah umum bertauk “Pandemi Covid-19: Dromologi Kebudayaan dan Deselerasi Kehidupan” itu hadir Dekan FPIPS Dr. Agus Mulyana, MHum, Kaprodi Ilkom FPIPS UPI Ahmad Fachrul Affandi, dan undangan lainnya.
Baca Juga: Prof. Cecep Darmawan: Guru Ideal Harus Melek Digital dan Relijius, Ini Kriteria Lainnya
Dalam paparannya, Yasraf Amir Piliang yang juga dikena sebagai filsuf dan pemerhati kebudayaan menjelaskan bahwa dromologi adalah konsep yang diperkenalkan seorang filsuf Prancis Paul Virilio.
“Menurut Virilio, kebudayaan dewasa ini digerakkan oleh logika dan obsesi akan kecepatan. Virilio menyebutnya sebagai era dromologi,” ungkap penulis buku Sebuah Dunia yang Dilipat: Realitas Kebudayaan Menjelang Milenium Ketiga dan Matinya Posmodernisme ini.
Dromologi, kata Yasraf berasal dari bahasa Yunani, “dromos” yang artinya berlari kencang dan “logos” yang artinya semesta pengetahuan. Secara sederhana, dromologi berarti semesta berpikir yang digerakkan oleh prinsip kecepatan.