JURNAL SOREANG-Imbas Meroketnya Permintaan hingga 12 kali lipat, obat-obatan terapi untuk Covid-19 mulai menghilang dari pasaran.
Akibatnya, masyarakat yang terdampak yakni yang sangat membutuhkan, sulit untuk membeli obat tersebut.
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, membenarkan kondisi tersebut terjadi dilapangan
"Sejak 1 Juni 2021, kebutuhan obat-obatan mengalami lonjakan 12 kali lipat dari hari biasanya," ungkap Budi Gunadi Sadikin, dikutip dari indonesia.go.id pada Kamis, 29 Juli 2021.
Baca Juga: Waduh, Obat Terapi Covid-19 di Apotek Diborong Masyarakat
Menurut Budi, berbagai obat, vitamin, tablet antiviral, oksigen kemasan, dan tabung oksigen serta produk farmasi yang terkait pengobatan Covid-19 kini sulit untuk dijumpai.
"Belakangan diketahui, ternyata masyarakat dari kalangan ekonomi menengah sampai atas membeli obat-obatan tersebut untuk disimpan sebagai stok," paparnya.
Budi mengakui, kondisi tersebut diakibatkan lonjakan kasus positif Covid-19 membuat permintaan obat membumbung tinggi.
"Selain itu, ditambah lagi panic buying masyarakat yang menyebabkan kebutuhan obat kian menjadi-jadi," tuturnya.
Menindaklanjuti kondisi yang terjadi tambah Budi, Kemenkes telah melakukan pembicaraan dengan Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi Indonesia dan bekerja sama melakukan tindakan penyediaan obat sesegera mungkin.
Guna mengantisipasi kondisi tersebut lanjut Budi, Kemenkes melakukan dengan tiga agenda, yaitu membuka keran impor, menambah kapasitas produksi pabrik domestik, dan penataan distribusi.
"Butuh waktu sekitar empat sampai enam minggu agar kapasitas produksi obat dalam negeri kita bisa memenuhi kebutuhan peningkatan obat-obatan sebanyak 12 kali lipat ini," terangnya.
Pihaknya menjamin secara bertahap akan ada tambahan pasokan yang signifikan mulai awal Agutus 2021.
"Selain obat-obatan yang ada di apotek, pengadaan obat juga dilakukan untuk masyarakat yang melakukan isolasi mandiri (isoman) sebanyak dua juta paket obat," imbuh Budi Gunadi Sadikin. ***