Pihak LAPAN Mendugga Dentuman Di Langit Bali berasal Dari Meteor Jatuh

25 Januari 2021, 20:43 WIB
Ilustrasi asteroid yang akan jatuh ke bumi. /Pixabay.

JURNAL SOREANG - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menduga dentuman yang terjadi di langit Bali pada Minggu, 24 Januari2021, berasal dari meteor besar yang jatuh.

Pakar astronom dan peneliti madya LAPAN, Rhorom Priyatikanto,  membandingkan dengan kejadian serupa yang pernah terjadi di Bone pada Oktober 2009 silam.

"Bila dibandingkan dengan kejadian di Bone, ada kemiripan sehingga diduga ledakan di Buleleng juga disebabkan adanya meteor besar yang jatuh. Meteor itu menimbulkan gelombang kejut yang terdengar sebagai ledakan," ujar Rhorom, dikutip dari ANTARA,  Senin, 25 Januari 2021.

Baca Juga: Gunakan Narkotika Jenis Baru, Selegram Asal Jakarta Ditangkap Polresta Denpasar, Ini Penjelasan Kapolresta

Rhorom menuturkan meteor yang diduga jatuh tersebut memiliki ukuran hanya beberapa meter, lebih kecil dibandingkan asteroid Bone.

Menurut Rhorom, meteor yang telah mencapai permukaan bumi tidak berpotensi bahaya. "Sebab, benda antariksa itu tidak mengandung unsur radioaktif dan mineral yang membahayakan manusia dan lingkungan," katanya.

Seperti yang telah disebutkan, pada 8 Oktober 2009 warga Bone mendengar ledakan yang menyebabkan getaran pada kaca-kaca rumah mereka.

Baca Juga: Harga Daging Sapi Meroket, Polisi Sigap Memantau, Ini Penjelasan Kapolresta Bandung

Warga juga melihat jejak asap di langit. LAPAN menduga jejak asap itu berasal dari sebuah meteor besar, dan akhirnya mendapat bukti dari peneliti NASA yang menggunakan data infrasound.

Data infrasound mengindikasikan adanya meteor yang jatuh. Diperkirakan meteor itu memiliki diameter 10 meter.Belakangan diketahui juga seismograf BMKG terdekat merekam getaran 1,9 magnitudo.

Pada Minggu, 24 Januari 2021 sekitar pukul 11 WITA, sejumlah warga Buleleng di Bali melaporkan adanya jejak cahaya di langit yang disertai suara dentuman keras.

Baca Juga: Saat Pandemi Wisatawan Membidik Destinasi Wisata yang Jauh dari Keramaian, Pulau Ini Jadi Pilihan

Sensor gempa di Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Singaraja mendeteksi adanya anomali getaran selama sekitar 20 detik mulai pukul 10.27 WITA.

Getaran tersebut memiliki intensitas sekitar 1,1 magnitudo. Berdasarkan keterangan BMKG Singaraja, diduga kuat kejadian tersebut merupakan akibat dari benda jatuh antariksa.

Rhorom mengatakan sistem pemantauan orbit.sains.lapan.go.id tidak menunjukkan adanya benda artifisial atau sampah antariksa yang diperkirakan melintas dan jatuh di wilayah Indonesia.

Baca Juga: Hari Kedua Final PMGC: Wakil Indonesia, Bigetron RA Mulai Bangkit

Hal itu memperbesar kemungkinan bahwa peristiwa yang terjadi di Buleleng Bali berkaitan dengan benda antariksa. Meteor berukuran besar atau dikenal dengan istilah bolide atau fireball bisa saja masuk ke atmosfer, terbakar, dan jatuh di wilayah dekat Buleleng.

Dalam prosesnya, meteor tersebut dapat memicu gelombang kejut dan suara dentuman keras hingga terdeteksi oleh sensor gempa.

Sebagian besar meteor terbakar di atmosfer dan bisa jadi ada sebagian kecil yang tersisa dan jatuh ke permukaan bumi baik itu di darat maupun di laut.

Baca Juga: Disebut Habiskan Rp340 Miliar untuk Cari Alien, Ini Fakta Obnas Timau Milik Lapan

Fragmentasi atau proses terpecahnya meteor besar menjadi beberapa fragmen, juga biasa terjadi ketika meteor tersebut mencapai ketinggian sekitar 100 kilometer di atas permukaan Bumi.

Belakangan ini dilaporkan tidak ada aktivitas hujan meteor, kecuali dengan intensitas rendah.Namun, perlu diketahui pada tahun 2021 ini sudah ada sekitar 40 penampakan fireball atau meteor besar di berbagai belahan Bumi.

International Meteor Organization (IMO) menerima dan mencatat laporan adanya penampakan fireball. Beberapa kejadian disertai dengan suara dentuman yang terdengar cukup jelas.

Baca Juga: Kesal Akibat Serik Dipalak, 14 Warga Cimenyan, Bandung, Diringkus karena Mengeroyok Pemalak Sampai Tewas

Minor Planet Center (MPC) yang dikelola oleh International Astronomical Union (IAU) belum dapat mengumumkan adanya papasan dekat asteroid dengan potensi bahaya.

Pada 24 Januari 2021, terdapat setidaknya tiga asteroid berdiameter 100 meter yang melintas dengan jarak minimum beberapa kali lipat dari jarak bumi dengan bulan.

"Bila memang apa yang terjadi di Buleleng merupakan jatuhnya meteor berukuran besar, maka objek tersebut tidak berasosiasi dengan asteroid yang terdeteksi dan terkatalogkan sebelumnya," pungkas Rhorom.***

Editor: Sarnapi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler