Inilah Contoh Teks Khutbah Idul Fitri 2024 Dilengkapi dengan Link Download Naskahnya, Klik di Sini

- 8 April 2024, 15:14 WIB
Ilustrasi, Inilah Contoh Teks Khutbah Idul Fitri 2024 Dilengkapi dengan Link Download Naskahnya, Klik di Sini
Ilustrasi, Inilah Contoh Teks Khutbah Idul Fitri 2024 Dilengkapi dengan Link Download Naskahnya, Klik di Sini /Alena Darmel/pexels

Baca Juga: Tahun 2023 Jadi Masa Puncak Kebangkitan Film Indonesia, Berikut Bukti-buktinya

Itulah mengapa Allah menyediakan bulan ramadhan sebagai wahana untuk mensucikan
diri dan membersihkan kembali hati kita. Sepanjang bulan ramadhan, kita berlatih menahan diri
dari godaan-godaan. Seperti dilambangkan dengan makan, minum, serta hubungan biologis.
Tujuannya bukanlah untuk lapar dan haus itu sendiri melainkan untuk melatih diri agar kita tidak
mudah tergoda.
Melatih menahan diri dari godaan-godaan, tidak lain tujuannya adalah untuk menutupi
kelemahan manusia itu sendiri yang mudah tergoda. Maka pahala ibadah puasa tergantung kepada
seberapa jauh kita bersungguh-sungguh melatih menahan diri. Dengan demikian, di dalam puasa
itu sesungguhnya terdapat unsur “self denial”, mengingkari diri sendiri. Mengingkari diri sendiri
tujuannya adalah supaya jangan terlalu mudah menuruti apa saja yang didiktekan oleh keinginan
kita. Puasa merupakan sarana latihan agar manusia tidak terjebak ke dalam kelemahannya sendiri, yaitu miotik, berpikiran pendek.

Baca Juga: Biadab! Ayah Tiri Aniaya Balita Hingga Tewas di Cicalengka Bandung: Korban Dipukul di Bagian Ulu Hati

Dan kalau kita berhasil menjalankan ibadah puasa dengan iman dan ihtisab, maka seluruh
dosa kita yang lalu akan diampuni oleh Allah swt, seluruh noda hitam di hati kita akan
dibersihkan, lalu hati kita akan kembali dipenuhi dengan cahaya (nurani), yang tidak lain adalah
fitrah itu sendiri. Dan konsekuensinya pada waktu kita selesai berpuasa, yaitu pada tanggal 1
Syawal, kita ibarat dilahirkan kembali (born again). Itulah yang kita rayakan hari ini, yaitu
kembalinya kita kepada fitrah yang suci.ِ
بَارَك َ الله ُ لِي وَلَكُم ْ فِي الْقُرْآن ِ الْعَظِيْم.وَنَفَعَنِي ِوَاِيِاكُم ْ بما فيه مِن َ اآليَات ِ وَالذِكْر ِ الْحَكِيْم.ُوَتَقَبَّل ْ مِنِي ْ وَمِنْكُم ْ تِلوَتَه ُ
اِن ه ُ هُو َ السَّمِيْعُاْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّه ُ هُوَاْلغَفُوْر ُ الرَّحِيْم

Baca Juga: H-4 Hari Raya Idul Fitri, Cuaca di Pulau Morotai Dalam Kondisi Peringatan Dini, Pemudik Dihimbau Waspada

Khutbah keduaُ
الله ُ اَكْبَر(3)× ُالله ُ اَكْبَر(4×)ُالله ُاَكْبَركبيرا وَاْلحَمْد ُ لله ِ كَثِيْرا وَسُبْحَان َ اللهِبُكْرَة و َ أَص ُيْل ال َ اِلَه َ اِال َّ الله ُ وَالله ُ
اَكْبَرُالله ُ اَكْبَرُوَلله ِ اْلحَمْدَ
اَلْحَمْد ُ لله ِ عَلى َ اِحْسَانِه ِ وَالشُّكْر ُ لَه ُ عَلىْتَوْفِيْقِه ِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَد ُ اَنُال َ اِلَه َ اِال َّ اللهَّوَحْدَه ُ ال َ شَرِيْك َ لَه ُ وَاَشْهَد ُ اَن
سَيِدَنَاَّمُحَمَّدا عَبْدُه ُ وَرَسُوْلُه ُ الدَّاعِى اِلى َ رِضْوَانِهِ. اللهُمِصَل ِ عَلَى سَيِدِنَا مُحَمَّد ٍ وِعَلَى اَلِه ِ وَاَصْحَابِهوَسَلِم ْ تَسْلِيْما
كِثيْراْ
َ اَمَّا بَعَد ُ فَيا َ اَيُّهَا النَّاس ُ اِتَّقُواالله َ فِيْمَا اَمَر َ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَن َّ اللهاَمَرَكُم ْ بِاَمْر ٍ بَدَأفِيْه ِ بِنَفْسِه ِ وَثَـنَى بِمَآل
ئِكَتِه ِ بِقُدْسِه ِ وَقَال َ تَعاَلَىَّاِن َّ الله َ وَمَآل ئِكَتَه ُ يُصَلُّوْن َ عَلى َ النبِى يآ اَيُّهَاالَّذِيْن َ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْه ِ وَسَلِمُوْا تَسْلِيْما.َّاللهُم ِ
صَل ِ عَلَى سَيِدِنَا مُحَمَّد ٍ صَلَّى الله ُ عَلَيْهَوَسَلِم ْ وَعَلَى آل ِ سَيِدِنا َ مُحَمَّد ٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَوَرُسُلِك َ وَمَآلئِكَة ِ اْلمُقَرَّبِيْن
Jama’ah Id yang dimuliakan Allah,
Puasa sudah kita lewati dan tak ada jaminan kita bakal bertemu Ramadhan lagi. Jika standar
capaian tertinggi puasa adalah takwa, maka tanda-tanda bahwa kita sukses melewati ramadhan
pun tak lepas dari ciri-ciri muttaqîn. Semakin tinggi kualitas takwa kita, semakin tinggi pula
kesuksesan kita berpuasa. Demikian juga sebaliknya.
Lantas, apa saja ciri-ciri orang bertakwa? Ada beberapa ayat Al-Qur’an yang menjelaskan
ciri-ciri orang bertakwa. Salah satunya terdapat dalam Surat Ali Imran ayat 134-135:ِ
َ الَّذِين َ يُنْفِقُون َ فِي السَّرَّاء ِ وَالضَّرَّاء ِ وَالْكَاظِمِين َ الْغَيْظ َ وَالْعَـــافِين َ عَن ِ النَّــاس ِ وَاللَّه ُ يُحب ُّ الْمُـحْسِنِــين.وَالَّذِين َ إِذَا َ
فَعَلُوا فَاحِشَة أَو ْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُم ْ ذَكَرُوا اللَّهفَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِم ْ وَمَن ْ يَغْفِر ُ الذُّنُوب َ إِال َّ اللَّه ُ وَلَم ْ يُصِرُّوا عَلَى َٰ مَا َ
فَعَلُوا وَهُم ْ يَعْلَمُون

Baca Juga: H-4 Hari Raya Idul Fitri 2024, Kendaraan di Jalur Nagreg Bandung Menuju Garut dan Tasik Meningkat

“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada saat sarrâ’ senang dan pada saat
susah, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain
dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui.” (QS Ali Imran: 134-135)
Ayat tersebut memaparkan tiga sifat yang menjadi ciri orang bertakwa.
Pertama, gemar menyedekahkan sebagian hartanya dalam kondisi senang ataupun sulit.
Orang bertakwa mesti berjiwa sosial, menaruh empati kepada sesama, serta rela berkorban dalam
setiap keadaan.
Dalam konteks Ramadhan dan Idul Fitri, sifat takwa pertama ini sebenarnya sudah mulai
didorong oleh Islam melalui zakat, baik zakat fitrah maupun zakat maal. Zakat merupakan simbol
bahwa “rapor kelulusan” puasa harus ditandai dengan mengorbankan sebagian kekayaan kita dan
menaruh kepedulian kepada mereka yang lemah. Ayat tersebut menggunakan fi’il mudhari’
yunfiqûna yang bermakna aktivitas itu berlangsung konstan/terus-menerus. Dari sini, dapat
dipahami bahwa zakat hanyalah awal atau “pancingan” bagi segenap kepedulian sosial tanpa
henti pada bulan-bulan berikutnya.
Kedua, orang bertakwa adalah pandai menahan amarah dan memaafkan sesama manusia.
Pandai menahan amarah dan mudah memaafkan adalah dua kualitas kemanusiaan yang terkait
satu sama lain, bagaikan dua muka dari satu keping mata uang logam. Jadi merupakan dua aspek
dari satu hakikat, sehingga tidak mungkin dipisahkan. Dalam literatur kesufian ada ungkapan
“nafsu amarah”. Ungkapan itu merujuk kepada (Q.s, Yusuf ayat 53), yaitu:ۚ
َ ْلََمَّارَة ٌ بِالسُّوء ِ إِال َّ مَا رَحِم َ رَبِي إِن َّ النَّفْس
“Sesungguhnya nafsu itu pastilah mendorong kepada kejahatan, kecuali nafsu yang
dirahmati oleh Tuhanku.”

Baca Juga: RAMALAN CINTA ZODIAK 8 April 2024! Capricorn, Aquarius, dan Pisces Dorong Percakapan Mendalam

Jadi “marah” itu disebut “marah”, karena dia merupakan wujud dorongan nafsu ke arah
kejahatan. Maka lebih baik ditahan, dan diganti dengan sikap pemaaf kepada sesama manusia.
Jika kita jalani petunjuk Ilahi ini, akan terbukti bahwa sikap itu justru lebih sehat daripada
sebaliknya.
Ketiga, ciri orang yang bertakwa adalah mereka yang mengiringi perbuatan dosa dengan
istighfar. Istighfar adalah sebentuk amalan yang menumbuhkan pengalaman ketuhanan.
Pengalaman ketuhanan yang diperoleh melalui istighfar ialah: pertama, menanamkan kerendahan
hati, karena kesadaran bahwa tidak seorang pun yang bebas dari beban dosa.

Halaman:

Editor: Kinanti Putri Rudiana

Sumber: Kemenag


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah